SALWA EL AWA DAN TEORI TEXTUAL RELATION IN THE QUR’AN
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pemikiran Tafsir Era Kontemporer (B)
Dosen Pengampu:
Dr. Ahmad Baidowi, S.Ag., M.Si
Disusun oleh:
Haikal Fadhil Anam 17105030003
Mumtaz Fikri Danasti 17105030047
Tita Sappitri 17105030027
ROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2020
PENDAHULUAN
Al-Qur’an yang diturunkan kepada umat manusia oleh Dzat Yang Maha Tunggal,
mewakili pokok-pokok kehendak-Nya yang mencitrakan ketunggalanNya. Karena itu seluruh
ayat al-Qur'an niscaya saling terkait (tanāsub) dalam satu organisme (the organic unity)
makna korelasional yang jalin-jemalin. AlQur’an mewadahi pokok-pokok gagasan (central of
idea) Tuhan dalam uraian-uraian ayat-Nya. Karena itu sedari masa awal; setidaknya pada
abad ke-4 Hijriyah, melalui pemuka madzhab Syafi’i di Irak yaitu Abū Bakr al-Naysabūrī,
muncul upaya menguak rahasia tersebut dengan ilmu munāsabah.1
Louis Ma’luf dalam Qamūs al-Munjid menguraikan, secara harfiyah, kata munāsabah,
terambil dari kata nāsaba-yunāsibu munāsabatan yang berarti dekat (qarīb), dan yang
menyerupai (mitsāl). Al-munāsabah searti dengan al-muqārabah, yang mengandung arti
mendekatkan dan menyesuaikan.2 Sedangkan menurut Nasr Hāmid Abū Zayd, munāsabah
merupakan bagian dari perangkat pembacaan teks yang spesifik yang membedakan al-Qur’an
dengan teks-teks kemanusiaan pada umumnya.3 Dapat diartikan bahwa Ilmu munasabah
merupakan ilmu yang berusaha mencari hubungan, persesuain dan pertalian antar satu ayat
dengan ayat lain ataupun antar surat dengan surat lain, baik yang berdekatan ataupun tidak.
Diantara akar permasalahan yang potensial memunculkan perdebatan tentang konsep
munāsabah yaitu terletak pada teknik kerjanya yang tegas diakui oleh Quraish Shihab,
“sangat mengandalkan pemikiran bahkan imajinasi.” Karena itu, berada dalam suatu
kemungkinan yang terbuka luas bila ada banyak ragam munāsabah yang dikemukakan oleh
para mufassir. Bahkan seorang mufassir dapat mengemukakan dua dan tiga hubungan pada
suatu ayat sebagaimana ditunjukkan oleh al-Biqā’ī.4
Berhubung keilmuwan terus berkembang muncul teori yang berkaitan dengan ilmu
munasabah yaitu teori textual relation yang kemudian digunakan Salwa M.S. el-Awwa untuk
membahas ilmu munasabah dalam desertasinya di Brimingham University. Dia berusaha
menelaah isu-isu koherensi antar ayat (textual relation) dengan melalui teori linguistikkoherensi
dan teori relevansi.
Dalam penulisan makalah ini kelompok kami mencoba untuk menjelaskan
bagaimana pemikiran Salwa El Awa terhadap penafsiran al-Qur’an dan memaparkan apa saja
metode penafsirannya
A. Biografi Salwa M.S. El-Awa
Salwa Mohamed Selim El-Awa lahir di Mesir. Menempuh pendidikan dengan
gelar Bachelor di Universitas Ain Syams, Kairo, Mesir. Salwa merupakan salah satu
staf pusat bahasa Ain Syams. Kemudian ia melanjutkan studinya di Universitas
Birmingham, Inggris, Sampai mendapat gelar Doktor. Dan ia menjadi dosen disana
dalam bidang Qur’anic Studies di Departemen Teologi dan Agama, Universitas
Birmingham. Konsentrasi bidang yang diajarkan oleh Salwa adalah kajian
hermeneutika al-Qur’an dan metode interpretasi teks. Ia merupakan seorang
spesialis dalam bidang arabic and islamic studies. Ia juga seorang ibu dengan satu
orang anak. Suaminya bernama Ilir Hida dan putranya bernama Muhammad Arben.
Guru-guru yang mengajari dan memperkenalkan kajian linguistik sehingga
mendorong dirinya agar mengaplikasikan kajian tersebut kepada teks Al-Qur’an ialah
Profesor A’isha Abdul Rahman (Bint al-Sathi), Lutfi Abdul Badi dan Ramadhan
Abdul Tawwab. Salwa telah menerbitkan karya terkait Teori Relevansi dan Teks Al-
Qur’an, Kelompok Islam Mesir (Al-jamaah Al-Islamiya) dan kepolisian anti terorisme
di Mesir. Salwa juga pernah menjabat di berbagai posisi pengajar dan peneliti di
SOAS, University of Birmingham dan Ain Shams University di Cairo dari taun
1998-2015.5
Karya-karya Salwa El Awa yang telah di publikasikan:
Discourse Markers as Indicators of text Division in te Multiple-Topic
Qur’anic Suras: A Meta-Analysis of Q 2. Dalam Understanding and believing
– A Comparative View of Theological Scriptural Hermeneutics, terbitan DE
Gruyter (tanpa tahun)
Discourse markers and te structure of interxtual relations of medium length
Qur’anic suras: te case of Surat Ta Ha. Terbitan Routledge (2018)
The Qur’anic Text: Relevance, Coherence and Structure (2005).
Governance and Counter-Terorism: enganging moderate and non-violent
extremist movements in combatting Jihadist-linked Terorism (2019)
B. Metode Tafsir Salwa El-Awa
Dalam melihat teks al-Qur’an, Salwa menganggap bahwa keterkaitan antar ayat
sangat penting untuk memahami kandungannya. Hanya saja, Salwa menganggap
bahwa belum ada landasan kerangka teoritis yang kuat dalam menelaah isu korelasi
antar ayat al-Qur’an. Pun dalam metode, para mufasir terdahulu memiliki standar
masing-masing sehingga sangat mungkin pengelompokan surat, hubungan, dan tema
besar akan berbeda antara ulama satu dengan yang lain.6
Dari hal tersebut, Salwa menawarkan sebuah teori agar mufasir dapat
menganalisis surat dengan objektif. Dalam hal ini, Salwa menggunakan pendekatan
linguistik dalam menafsirkan al-Qur’an. Analisis beliau berfokus pada tekstualitas dan
relasi antar ayat dalam sebuah surat dengan menggunakan metode linguistik
pragmatik. Pragmatik yang dimaksud adalah sesuatu yang bisa terjalin ketika materi
yang dibawa oleh pengarang mampu dipahami dan bisa membawa dampak bagi
penerima7. Adapun teori yang ditawarkan olehnya yakni teori koherensi dan teori
relevansi.8
1. Teori Koherensi
Salwa mengutip pengertian koherensi dari R. Blass, bahwasannya
Koherensi merupakan hubungan antara satu kesatuan linguistik, seperti
ucapan atau elemen-elemen dari teks9. Koherensi berarti kepaduan dan
keterpahaman antar satuan dalam suatu teks atau tuturan10. Koherensi sangat
diperlukan keberadaannya untuk menata pertalian batin antara proposisi yang
satu dengan lainnya untuk mendapatkan keutuhan11. Kata kunci dari
koherensi adalah keterpaduan. Contoh : Atlit bulutangkis kita akhirnya
mendominasi kejuaraan Indonesia Terbuka. Kita tidak usah heran, mereka
berlatih dengan ketat dan sangat disiplin.
Dalam hal ini, Salwa lebih menekankan teori koherensi pada kata hubung
yang ada dalam suatu ayat, seperti kata wawu yang kerap kali digunakan
sebagai penyambung dari kata sebelumnya atau kata depan suatu surat.
2. Teori Relevansi
Salwa memandang tidak cukup jika hanya mengandalkan koherensi. Perlu
adanya teori yang mampu menemukan relasi antar ayat. Maka digunakanlah
teori relevansi. Relevansi adalah hubungan yang dapat mendefinisikan antara
ucapan/teks dengan informasi dari pikiran. Sebuah ucapan tidak hanya dilihat
dari keserasian dan korelasi antar kalimat, namun juga menekankan aspek
“asumsi” yang ada di dalam pikiran. Maka, pembaca akan bisa memahami
sebuah teks jika ia memiliki asumsi yang sama dengan penulis pada teks
tersebut. Aspek-aspek yang mampu mengidentifikiasi relevansi yakni: (a) apa
yang pembicara maksudkan
3) Informasi atau pesan tersebut mengkonfirmasi asumsi yang ada
dalam benak pendengar, sehingga menguatkan kepercayaan yang
telah terbangun sebelumnya.
Efek kontekstual ini akan memberikan kontribusi terhadap teori koherensi.
Informasi dari lingkungan pembaca sangatlah berkontribusi dalam penafsiran
ayat al-Qur’an. Sehingga, untuk mencapai pemahaman dari makna al-Qur’an
tergantung dari akses pembaca dalam informasi kontektual.
C. Aplikasi Teori Tafsir Relasi Tekstual
Dalam aplikasi contoh teori Salwa, penulis akan menjelaskan salah satu surat
yang ia paparkan dalam bukunya, yakni dalam surat al-Ahzab. Ia membagi surat ini
yang berjumlah 73 ayat menjadi sepuluh bagian. Kesepuluh bagian tersebut
pembagian Salwa terhadap tema-tema yang terdapat dalam surat tersebut. Dalam
kaitannya dengan aplikasi teori ini, Salwa berusaha untuk memberikan contoh dengan
mengambil dua surat dalam Al-Qur’an, yaitu surat Al-Ahzab dan surat Al-Qiyamah.14
Dalam hal ini saya ingin mengutip penjelasan singkat tentang aplikasi teorinya dari
Adrika dalam Jurnalnya tentang surat Al-Ahzab.
Sebagaimana dalam teorinya yang pertama dilakukan adalah analisis koherensi
atau gramatikal. Dalam contoh yang dijelaskan Salwa, Adrika menjelaskan, dalam
surat al-Ahzab, tanda paragraf atau major paragraph switches adalah lafadz ya
ayyuha. Lafadz itu memiliki fungsi sebagai pertanda akan peralihan menuju tema
baru. Dan dari lafadz tersebutlah maka paragraf baru dimulai. Sebagaimana dalam
surat tersebut sebanyak sembilan kali lafadz ya ayyuha disebutkan. Dan lafadz
tersebut terletak pada ayat pertama dari pembagian sepuluh tema tersebut.
Adapun tanda minor atau tentang sub tema yang dimaksud Salwa yaitu kata
sambung yang digunakan berfungsi untuk memisahkan antar sub tema yang masih
memiliki keterkaitan secara tekstual. Dalam hal ini, kata yang digunakan sebagai
pertanda minor tersebut adalah waw, inna, laqad, wa’idh. Kata penghubung tersebut
tidak berimplikasi sebagai peralihan kepada tema pokok, akan tetapi peralihan pada
sub tema yang masih berkaitan dengan ayat-sebelumnya.
Setelah melakukan analisis koherensi, selanjutnya menganalisis dengan teori
relevansi. Dalam kaitan dengan ini, menurut analisisnya menggunakan teori relevansi
atau teori pragmatis, dalam surat al-Ahzab, ada keterhubungan konteks pada masa
itu, yaitu adanya pelarangan penyebutan anak angkat seperti anak sendiri. Hal ini
Allah menginformasikan bahwa pada saat itu atau konteks masa itu, ada kebiasaan
masyarakat yang menyebutkan nama anak angkatnya seperti anak sendiri.
Kemudian, Allah menurunkan ayat tesebut dengan alasan sebagai informasi
bahwa penyebutan nama anak angkat dilarang karena berhubungan dengan hak waris
nantinya. Dengan demikian, teori relevansi yang dimaksud adalah konteks pada saat
itu dan dengan tujuan memberikan efek kontekstual pada masyarakat, yaitu
menerangkan bahwa adanya perbedaan hak waris bagi anak angkat.15
Adapun untuk contoh dalam surat Al-Qiyamah, seperti biasa pertama-tama ia
menentukan terlebih dahulu unit kalimatnya. Ia mengutip dari beberapa penafsir
untuk mengidentifikasi tanda-tanda tersebut, misalnya dari Richard Bel, P. De
Caprona, M. Asad dan Neal Robinson, dalam hal ini ia menjelaksn tentang diskursus
petanda. Selanjutnya ia memulai menganalisis secara gramatikal dan semantik. Ia
menginventarisir kata penghubung seperti bal dan kalla. Kedua ia menjelaskan
tentang makna antar keterhubungan kalimat-kalimat tersebut (teori relevansi). Dalam
kaitan dengan surat Al-Qiyamah ia menjelaskan maknanya, sedikit penulis kutipkan,
sebagai berikut:
“Jadi, argumen utama apa yang dikemukakan oleh surat al-Qiyamah? Dengan
bahasa polemik yang kuat, surat al-Qiyamah memperingatkan orang-orang kafir
bahwa ia akan dibangkitkan dan bahwa setiap perbuatan yang ia lakukan selama
hidup ini akan diperhitungkan dan dipertanggungjawabkan di akhirat. Manusia
hidup dalam penyangkalan fakta hari kebangkitan yang terbentang di hadapannya
ketika dia harus menghadapi setiap kejahatan, atau kebaikan, tindakan dalam
hidupnya dan kemudian menghadapi apa yang telah lama dia sangkal: Tuhan dan
kebenaran kebangkitan.
Dua subjek argumentatif utama dari surat tersebut adalah: kekuatan Tuhan
yang membuktikan bahwa Dia mampu membangkitkan manusia setelah tubuh
mereka berubah menjadi debu dan tulang, dan kebenaran kebangkitan, versus
penyangkalan manusia akan hal itu. Argumen yang berlawanan dari manusia,
seperti yang disajikan dalam surah ini, didasarkan pada ketidakmungkinan
menghidupkan kembali orang mati. Ini adalah bagian dari tema 'debu dan tulang'
yang menempati banyak polemik surah Al-Qur'an. Argumen Tuhan, di sisi lain,
didasarkan pada berbagai penegasan kekuasaan-Nya mulai dari penciptaan
manusia dari segumpal darah.”16
PENUTUP
Salwa el awa merupakan dosen dalam bidang Qur’anic Studies di Departemen
Teologi dan Agama, Universitas Birmingham. Konsentrasi bidang yang diajarkan oleh
Salwa adalah kajian hermeneutika al-Qur’an dan metode interpretasi teks. Ia juga
seorang spesialis dalam bidang arabic and islamic studies. Salah satu karyanya ialah Textual
Relation in the Qur’an atau Teori Relevansi dan Teks Al-Qur’an. di dalam tulisannya Salwa
menawarkan sebuah teori agar mufasir dapat menganalisis surat dengan objektif.
Dalam hal ini, Salwa menggunakan pendekatan linguistik dalam menafsirkan al-
Qur’an. Analisis beliau berfokus pada tekstualitas dan relasi antar ayat dalam sebuah surat
dengan menggunakan metode linguistik pragmatik. Adapun teori yang ditawarkan olehnya
yakni teori koherensi dan teori relevansi. Aplikasi dari teori salwa ini, yakni dalam surat al-
Ahzab, ia membagi surat ini yang berjumlah 73 ayat menjadi sepuluh bagian. Kesepuluh
bagian tersebut pembagian Salwa terhadap tema-tema yang terdapat dalam surat tersebut.
kemudian ia ambil contoh dengan mengambil dua surat dalam Al-Qur’an, yaitu surat Al-
Ahzab dan surat Al-Qiyamah.
Daftar Pustaka
Adrika Fithrotul Aini, “Kesatuan Surat Al-Qur’an Dalam Pandangan Salwa M.S. El-
Awwa” dalam Jurnal Syahadah 68 Vol. III, No. 1, April 2015
Salwa Mohamaed SalimEl-Awa, Textual Realtion in The Qur’an, (University Of
London: London, 2017)
Maslahatul Ummah, “Teori Munasabah (Studi Buku Textual Relation In The Qur’an
Karya Salwa MS, El-Awa)” Skripsi UIN Sunan Kalijaga.
Dan Sperber dan Deirdre Wilson, Relevance: Communication and Cognition. Oxford
University Press, 1986. Dikutip dari website https://www.dictio.id/t/apakah-yang-dimaksuddengan-
teori-relevansi/6555
16Salwa Mohamaed Salim El-Awa, Textual Relation in The Qur’an., h. 182-183
Mulyana, Kajian Wacana: Teori, Metode, &Aplikasi Prinsip-prinsip AnalisisWacana
(Yogyakarta: Tiara Kencana, 2005)
Wisnu Widiatmoko, “Analisis Kohesi dan Koherensi Wacana Berita Rubrik Nasional
di Majalah Online Detik”, dalam Skripsi (Semarang: Univ. Negeri Semarang, 2015)
Hasani Ahmad Said, “Menggagas Munasabah Al-Qur’an: Peran Al-Qur’an dan
Model Penafsiran.” Hunafa: Jurnal Studia Islamika. Vol. 13, No. 1, Jani 2016: 1-34
Syukron Affani, DISKURSUS MUNĀSABAH: Problem Tafsīr al-Qur’ān bi ’l-
Qur’ān, jurnal THEOLOGIA, Vol 28 No 2 (2017),
Komentar
Posting Komentar