Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata
Kuliah Hadist
Akidah Akhlak
Dosen Pengampu :
Achamad Dahlan, Lc., M.A
Disusun oleh :
Haikal Fadhil Anam : 17105030003
Dini
Astriani : 17105031031
Najwa
al-Husda : 17105030052
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN
TAFSIR
FAKULTAS
USHULUDDIN
DAN PEMIKIRAN ISLAM
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2018
KATA PENGANTAR
Maha suci Allah, pemilik kebesaran dan kemuliaan. Puji syukur kami
haturkan kehadirat-Nya, karena berkat rahmat serta hidayah-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Selawat serta salam senantiasa
tercurahkan kepada junjungan kita baginda Nabi Muhammad shollallahu alaihi wasallam. Sang revolusioner sejati, pembawa dan penuntun kalam ilahi.
Sebelumnya, kami ucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang turut
mendukung atas terselesaikannya makalah ini. Kami sudah berusaha semaksimal
mungkin dalam menyusun makalah ini. Kami menyadari bahwa masih banyak
kekurangan di dalamnya, baik dari segi sistematika penulisan atau isi. Oleh karena
itu, kami membuka lebar saran dan kritik dari pembaca yang budiman, agar
kedepannya makalah ini dapat menjadi lebih baik.
Besar harapan kami, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan serta pengalaman bagi pembacanya.
Yogyakarta, 20
Maret 2018
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Surga dan Neraka merupakan unsur yang akan dialami di fase setelah
akhir zaman oleh semua umat manusia di dunia ini. Keduanya, masih tidak ada
yang mengetahui mengenai bagaimana sebenarnya kondisi dan situasi di dalamnya.
Karena keduanya merupakan tempat pembalasan setiap orang baik yang mengerjakan
amal shaleh ataupun amal sayyiah.
Berbagai kajian mengenai keduanya telah di lakukan oleh para ulama
baik dilihat dari sisi hadist ataupun al-Qur’an. Hanya al-Qur’an dan hadist lah
yang menerangkan bagaimana keadaan dan segala macam di dalamnya. Melepaskan
kedua sumber penting dalam aspek penjelasan mengenai surga neraka sama halnya
dengan menerangkan sesuatu tanpa ilmunya alias mengada-ada.
Di sini, penulis berusaha menampilkan makalah yang singkat mengenai
kajian surga dan neraka secara sistematis dan mudah dipahami. Dalam makalah ini, akan dibahas mengenai seluk-beluk
surga dan neraka menurut al-Qur’an dan Hadist, tidak lepas pula, penulis
mengambil beberapa pendapat ulama. Latar belakang yang signifikan dalam
penulisan ini adalah banyaknya kesalahan pemahaman dalam memandang Surga dan
Neraka, oleh karenanya, penulis menuliskannya dalam makalah ini, di samping
juga sebagai tugas dari mata kuliah Hadist Akidah Akhlak.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah
dipaparkan sebelumnya, maka rumusan masalah yang diperoleh, antara lain sebagai berikut:
1. Bagaiamana Seluk-beluk Surga dan segala macam
di dalamnya?
2. Bagaimana Seluk-beluk Neraka dan segala macam
di dalamnya?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Seluk-beluk Surga dan segala
macam di dalamnya
2. Untuk
mengetahui Seluk-beluk
Neraka dan segala macam di dalamnya
D.
Objel Kajian
Dalam hal ini, penulis banyak mengambil sumber-sumber dari Karya
Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, kitab Hadil Arwah ila Biladil Afrah dalam
pembahasan mengenai surga. Di
samping itu penulis juga banyak mengambil dari berbagai literatur yang membahas
mengenai pembahasan tersebut.
E. Metode
Adapun metode yang kami lakukan dalam penyusunan ini dengan “studi
pustaka” yakni mengambil dan menyusun berbagai sumber mengenai materi
tersebut, kemudian dikumpulkan dan kami susun
secara sistematis.
BAB II PEMBAHASAN
A.
Surga
1.
Makna Surga
Kata surga dalam bahasa Arab adalah Jannah. Asal kata jannah
adalah huruf Jim dan Nun, dua huruf tersebut bermakna tertutup dan tersembunyi.
Kata jannah menurut bahasa diucapkan untuk kata bustan (kebun). Yaitu kebun
yang memiliki pepohonan dan pohon kurma. Mengapa asal kata tersebut tersembunyi
dan tertutup, karena pepohonan dengan dedauan yang lebat menutupi serta
menyembunyikan apa yang di dalamnya. Dalam pemaknaan lain, kata ini berasal
dari kata shamayaim (Ibrani) atau ouranos (Yunani). Kata ini menunjukan kepada
langit.[1]
Sedangkan dalam istilah
syariat, kata jannah digunakan untuk makna sebuah tempat menetap yang penuh
kenikmatan di akhirat, termasuk segala sesuatu yang tercakup di dalamnya
kelezatan, kesenangan, kegembiraan terhadap apa yang belum pernah terlintas pun
dalam indera, pikiran dan belum pernah terbesit dalan hati.[2]
2.
Kenikmatan Surga di Luar Jangkauan panca indera, akal, dan hati.
أعددت لعبادي الصالحين ما لا عين رأت، ولا أذن
سمعت، ولا خطر على قلب بشر
“Aku menyediakan untuk hamba-hamba-Ku yang beramal shaleh, sesuatu
yang belum terlihat mata, belum terdengar oleh telinga, serta belum pernah
terlintas dalam hati seseorang” (H.R Bukhari dan Muslim)
Keadaan kenikmatan-kenikmatan di surga kelak tidak dapat
dipersamakan sama sekali dengan kenikmatan yang pernah kita saksikan, kita
dengar, kita alami, atau pun kita rasakan sewakatu di dunia. Meski ada
kesamaanya, namun hal itu sebatas nama sedang keadaan dan sifat tentulah
berbeda. Sebab andaikata sama tentulah sudah ada mata yang melihat sebelumnya
dan lainnya.[3]
Maka seberapa banyak dan besar yang kita bayangkan mengenai surga, haruslah
segera dilupakan dan dihilangkan, karena sesungguhnya, keindahan dan kenimatan
surga lebih-lebih dari pada yang ada di benak kita.
3.
Nabi Muhammad Orang yang pertama dibukakan Pintu Surga
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda :
آتِي
بَابَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَأَسْتَفْتِحُ فَيَقُولُ الْخَازِنُ مَنْ
أَنْتَ فَأَقُولُ مُحَمَّدٌ فَيَقُولُ بِكَ أُمِرْتُ لَا أَفْتَحُ لِأَحَدٍ
قَبْلَكَ
“Saya mendatangi pintu surga pada hari kiamat, lalu saya meminta
dibukakan. Lalu seorang penjaga (Malaikat) bertanya, ‘Siapa kamu? ‘Maka aku
menjawab, ‘Muhammad’. Lalu ia berkata, “Khusus untukmu, aku diperintahkan untuk
tidak membukakan pintu untuk siapapun, sebelum kamu masuk.”(HR.Muslim dan
Ahmad)
Dari shahabat Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
أَنَا
أَكْثَرُ اْلأَنْبِيَاءِ تَبَعًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَأَنَا أَوَّلُ مَنْ
يَقْرَعُ بَابَ الْجَنَّةِ
“Saya adalah orang yang paling banyak pengikutnya pada Hari Kiamat
dan saya adalah orang yang pertama kali mengetuk pintu Al Jannah.” (HR. Muslim)
Dapat dipahami, bahwa yang pertama sekali dibukakan pintu dari
kedua hadist di atas adalah Nabi Muhammad saw. Dengan redaksi pertama tidak
dibukakan pintuk kecuali untuk Nabi saw, dan redaksi hadist kedua orang pertama
yang mengetuk pintu surga.[4]
4.
Jumlah Surga
Para Ulama berselisih pendapat mengenai jumlah surga. Ibnu Abbas
berpendapat ada tujuh surga, yaitu; Darul Jalal, Darus Salam, ‘Adn, Al-Ma’wa,
Al-Khuld, Firdaus, dan Na’im. Imam al-Qurthubi berpendapat bahwa nama-nama yang
disebutkan oleh Ibnu Abbas bukanlah untuk membedakan diantar surga yang satu
dengan yang lainnya, tetapi hanyalah sebatas menyebutkan sifatnya saja. adapun
menurutnnya jumlah surga itu ada empat sesuai dengan hadist yang diriwayatkan
oleh Abu Musa Al-Asy’ari, bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wa
sallam bersabda, “Dua surga yang berisi bejana, perhiasan dan apa saja
yang ada di dalamnya terbuat dari emas, dan dua surga yang berisi bejana,
perhiasan dan apa saja yang ada di dalamnya terbuat dari perak. Tidak ada
pembatas antara suatu kaum untuk melihat Rabb mereka kecuali selendang kibrinya
yang berada pada Wajah-Nya di Surga Adn.” (H.R Ahmad, Tirmidzi,Ibnu Majah,
Muslim dan Bukhari)[5]
5.
Pintu-pintu Surga
عن أبي هريرة - رضي
الله عنه - أن رسولَ الله - صلى الله عليه وآله وسلم - قال : ((مَن أنفَقَ زوجين
في سبيل الله؛ نودي مِن أبواب الجنة : يا عبد الله! هذا خيرٌ، فَمَنْ كان مِن أهلِ
الصلاة دُعي من باب الصلاة، ومن كان من أهل الجهاد دُعي من باب الجهاد، ومن كا من
أهل الصيام دُعي من باب الريَّان، ومن كان من أهل الصدقة دُعي من باب الصدقة))،
فقال أبو بكر الصديق - رضي الله عنه - : بأبي أنت وأمي يا رسول الله! ما على مَن
دُعي من تلك الأبواب مِن ضرورة؛ فهل يُدعى أحدٌ من تلك الأبواب كلِّها : قال :
((نعم، وأرجو أن تكونونَ منهم.((
Dari Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu : Bahwasannya Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam bersabda : “Barangsiapa yang
menginfakkan hartanya (budak, kuda, atau onta) di jalan Allah, niscaya ia akan
dipanggil dari pintu-pintu surga : ‘Wahai hamba Allah, ini adalah kebaikan.
Barangsiapa termasuk orang yang giat mengerjakan shalat, ia akan dipanggil dari
pintu shalat. Barangsiapa termasuk orang yang berjihad, ia akan dipanggil dari
pintu jihad. Barangsiapa termasuk orang yang rajin berpuasa, ia akan dipanggil
dari pintu Ar-Rayyaan. Dan barangsiapa termasuk orang yang gemar bershadaqah,
maka ia akan dipanggil dari pintu shadaqah”. (Mendengar itu) Abu Bakr
Ash-Shiddiiq radliyallaahu ‘anhu berkata : “Demi ayah dan ibuku wahai
Rasulullah, sungguh tidak ada kesedihan sedikitpun bagi orang yang dipanggil
oleh pintu-pintu tersebut. (Namun) apakah ada seorang yang dipanggil oleh semua
pintu tersebut ?”. Beliau menjawab : “Ya ada, dan aku berharap engkau salah
seorang di antaranya”.(H.R Mutafaqun alaih)
عن سهل بن سعد قال :
قال رسول الله - صلى الله عليه وآله وسلم - : ((في الجنة ثمانيةُ أبوابٍ، منها
بابٌ يُسمَّى الريَّان لا يدخله إلا الصائمون.((
Dari Sahl bin Sa’d ia berkata : Telah bersabda Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam : “Dalam surga ada delapan buah
pintu. Di antara pintu tersebut ada yang dinamakan Ar-Rayyaan yang tidak akan
dimasuki kecuali orang-orang yang berpuasa”. (H.R Bukhari)[6]
6.
Perawakan Penghuni Surga
Imam Ahmad mengatakan bahwa Abdul Razaq menuturkan kepadanya satu
hadist dari Mua’ammar dari Hamad dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan, bahwa Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam bersabda, “Allah swt
menciptakan Adam sesuai citra-Nya. Tingginya enampuluh hasta. Setelah
menciptakan Adam, Allah memerintahkan kepada Adam, “Salamilah mereka yang
sedang duduk. Mereka adalah para malaikat. Dengarkanlah salam mereka kepadamu.
Itulah salammu dan salam keturunanmu. Adam pun pergi dan mengucapkan, ‘Salam
sejahtera untuk kalian’. Para malaikat menjawab, ‘salam sejahtera bagimu
berikut kasih sayang dan berkat Allah. ‘Orang yang masuk surga akan seperti
Adam. Tingginya empat puluh hasta. Sementara makhluk lain terus berkurang tingginya
hingga sekarang.” (H.R Ahmad)
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam bersabda, “Penghuni surga masuk ke dalam surga dalam kondisi
berambut pendek, tidak berjenggot, berkulit putih, berambut ikal, matanya
dicelaki, berumur tiga puluh tahu, perawakannya seperti Adam, setinggi empat
puluh hasta” (H.R Ahmad)[7]
7.
Aroma Surga
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam bersabda, “Orang-orang yang membunuuh dzimmi takkan mencium
aroma surga. Dan aroma surga itu tercium dari jarak sejauh seratus tahun
perjalanan” (H.R Thabrani) Dalam riwayat yang lain pula disebutkan , Rasulullah
saw bersabda, “aroma surga itu dapat dicium dari jarak perjalanan empat
puluh tahun” (H.R Bukhari)
Dalam hadist yang lain pula disebutkan Rasulullah saw
bersabda, “Ketahuilah! Orang yang membunuh jiwa yang telah mengikat
perjanjian dan dalam lindungan Allah dan Rasul-Nya, sungguh telah merusak
perlindungan-Nya. Dia tidak akan mencium aroma surga, padahal aroma surga dapat
tercium dari jarak sejauh perjalanan tujuh puluh musim gugur” (H.R Tirmidzi).[8]
Dari ketiga hadist di atas semuanya berbeda dalam ukuran jarak sejauh mana
aroma surga tercium, yang pada dasarnya ingin menunjukan bahwa aroma atau
keharumana surga sangat harum bahkan tidak akan pernah tertandingi.
8.
Pepohonan Surga
عن أبي سعيد الخدري -
رضي الله عنه - : عن النبي - صلى الله عليه وآله وسلم - قال : ((إِنَّ في الجنةِ
شجرةً يسيرُ الراكبُ الجوادُ المضمَّرُ مئةَ عامٍ ما يقطعُهَا((.
Dari Abu Sa’iid Al-Khudriy radliyallaahu ‘anhu : Dari Nabi shallallaahu
‘alaihi wa aalihi wa sallam, beliau bersabda : “Sesungguhnya di surga
terdapat satu pohon yang seandainya seorang berjalan dengan satu kendaraan yang
paling bagus dan mampu berjalan lama selama seratus tahun, niscaya tidak akan
selesai melewatinya”.(H.R Mutafaqun alaihi)
وعن أبي هريرة - رضي
الله عنه - قال : قال رسولُ الله - صلى الله عليه وآله وسلم - : ((ما في الجنة
شجرةٌ إلا وساقُها مِن ذهبٍ((.
Dari Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu, ia berkata : Telah bersabda
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam : “Tidaklah ada satu
pohon pun di surga kecuali batangnya terbuat dari emas”.(H.R Shahihul Jamii)[9]
Dalam riwayat yang lain, “Di surga ada pohon yang keteduhannya
tak akan habis disusuri oleh seorang penunggang kuda terbaik dalam tujuh puluh
atau seratus tahun. Pohon itu adalah pohon khuldi.” (H.R Ahmad)[10]
Makanan Penghuni Surga
Dalam hadist disebutkan mengenai makanan bagi penghuni surga dengan
redaksi sebagai berikut:
عن
جابر - رضي الله عنه - قال : قال رسولُ الله - صلى الله عليه وآله وسلم - :
((يَأكُلُ أهلُ الجنةِ فيها ويشربونَ، ولا يتغوَّطونَ، ولا يمتخِطون، ولا يبولون،
ولكن طعامُهم ذاك جُشاءٌ كَرَشحِ المُسك، يُلهَمون التسبيح كما يُلهَمون النفس.((
Dari Jaabir radliyallaahu ‘anhu, ia berkata : Telah bersabda
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam: “Penduduk surga makan dan
minum di dalamnya, tidak buang air besar, tidak beringus, dan tidak pula buang
air kecil. Namun makanan mereka itu adalah sendawa yang baunya seperti percikan
misk. Mereka diilhami untuk bertasbih sebagaimana mereka diilhami untuk
bernapas”. (H.R Muslim)
Di dalam Musnad Ahmad dan Sunan an-Nasa’i dengan
sanad yang sesuai dengan syarat Bukhari-Muslim diriwayatkan oleh Zaid Bin Arqam
r.a bahwa seorang laki-laki Ahlul Kitab mendatanagi Nabi saw., ia berkata, “Wahai,
Abdul Qasim, engkau berkata bahwa penghuni surga itu makan dan minum?” Rasul
menjawab, “Ya. Demi dzat yang jiwaku ada pada gengaman-Nya, sesunggunya setiap
orang dari mereka akan diberikan kekuatan 100 lelaki dalam hal makan dan minum
serta menggauli istri.” Beliau melanjutkan, “karena makan dan minum mereka
punya hajat. Hajat mereka adalah keluarnya keringan dari badan seperti
tetes-tetes minyak kesturi.”[11]
9.
Sifat Kemah Surga
Dalam hal pesona surga lain, digambarkannya dengan perkemahan,
sebagaimana redaksi hadist yang diriwayatkan oleh Imam Muslim sebagai berikut:
عن
أبي موسى الأشعري - رضي الله عنه - : أن رسولَ الله - صلى الله عليه وآله وسلم -
قال : ((إنَّ للمؤمنِ في الجنةِ لخَيمةً من لؤلؤةٍ واحدةٍ مُجوفةٍ، طولها ستون
ميلاً، للمؤمنِ فيها أهلونَ يطوفُ عليهم المؤمنُ فلا يرى بعضُهُمْ بعضاً.((
Dari Abu Musa Al-Asy’ariy radliyallaahu ‘anhu : Bahwasannya
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya
bagi seorang mukmin diberikan satu kemah di surga yang terbuat dari mutiara
yang berongga. Panjangnya enam puluh mil. Dan bagi seorang mukmin disediakan
beberapa orang istri yang selalu digilirnya, dimana masing-masing (istri itu)
tidak bisa melihat satu dengan yang lainnya”.[12]
10.
Kamar-kamar Surga
عن أبي سعيد الخدري -
رضي الله عنه - : أن رسولَ الله - صلى الله عليه وآله وسلم - قال : ((إنَّ أهلَ
الجنةِ لَتَرَاءَون أَهل الغرفِ مِن فوقهِم كما تتراءَونَ الكَوكبَ الدُّرِّيَّ
الغابرَ في الأفقِ من المشرق أو المغرب؛ لتفاضُل ما بينهم)) قالوا : يا رسولَ
الله! تلك منازلُ الأنبياء، لا يبلُغها غيرهم ؟ قال : ((بلى، والذي نفسي بيده؛
رجالٌ أمنوا بالله، وصدَّقوا المُرسَلين((.
Dari Abu Sa’iid Al-Khudriy radliyallaahu ‘anhu : Bahwasannya
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam bersabda :
“Sesungguhnya penduduk surga saling dapat melihat penduduk surga yang terletak
kamar di atasnya sebagaimana mereka saling melihat bintang yang bersinar terang
di ufuk sebelah timur atau barat, dikarenakan perbedaan keutamaan di antara
mereka”. Para shahabat bertanya : “Wahai Rasulullah, kedudukan para nabi itu,
apakah tidak dapat dicapai oleh selain mereka ?”. Beliau menjawab : “Tentu saja
untuk para Nabi. (Namun) demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, (kedudukan
itu dapat dicapai oleh) orang-orang yang beriman kepada Allah dan membenarkan
para Rasul”(H.R Bukhari)[13]
وعن
أبي مالكٍ الأشعري : أنَّ النَّبِيَّ - صلى الله عليه وآله وسلم - قال : ((إِنَّ
في الجنةِ غُرَفاً يُرى ظاهرها مِن باطنها، وباطنها مِن ظاهرها، أعدَّها اللهُ لمن
أطعم الطعام، وألان الكلامَ، وتابع الصِّيام، وصلَّى بالليلِ والناسُ نِيَام((.
Dari Abu Maalik Al-Asyariy : Bahwasannya Nabi
shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya di
dalam surga terdapat kamar-kamar yang dapat dilihat bagian luarnya dari dalam,
dan bagian dalamnya dari luar; yang disediakan Allah bagi orang yang memberikan
makanan, melembutkan ucapan, selalu berpuasa, dan mengerjakan shalat malam saat
orang-orang tidur lelap”. (H.R Shahihul Jamii)[14]
11.
Sungai-Sungai Surga
Dalam Hadist
Mukhtar ibn Filfil dari Anas ibn Malik r.a Rasulullah bersabda, “Al-kautsar
adalah sungai surga yang dijanjikan untukku oleh Allah”. (H.R Muslim). Lalu
terdapat hadist pula yang lebih rinci dalam penjelasan mengenai sungai
al-Kautsar, Rasulullah bersabda, “Aku masuk surga dan melihat sungai yang
mengalir dikelilingi oleh mutiara. Aku masukkan tangan ku ke dalam airnya.
Ternyata air itu terbuat dari kesturi. Aku pun bertanya kepada Jibril, ‘untuk
siapakah ini?’ Ibril menjawab, ‘ini adalah al-Kautsar yang diberikan Allah
untukmu’. (H.R al-Anshari)[15]
عن أنس بن مالك - رضي
الله عنه - قال : قال رسولُ الله - صلى الله عليه وآله وسلم - : ((دخلتُ الجنةَ
فإذا أنا بنهرٍ حافَّتاهُ خيام اللؤلؤ، فضربتُ بيديَّ إلى ما يجري فيه الماء، فإذا
مِسكٌ أذْفُر، فقلتُ : ما هذا يا جبريل ٕ قال : هذا الكوثرُ الذي أعطاكه اللهُ((.
Dari Anas bin
Maalik radliyallaahu ‘anhu, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wa aalihi wa sallam : “Aku pernah masuk ke surga yang ternyata di
dalamnya terdapat sungai yang di pinggirnya terdapat kemah-kemah dari mutiara.
Lalu aku memukulkan tanganku ke air yang mengalir itu. Ternyata airnya adalah
misk yang sangat harum baunya. Aku bertanya : ‘Apakah ini wahai Jibril ?’. Ia
menjawab : ‘Ini adalah Al-Kautsar yang Allah berikan untukmu” (H.R Shahihul
Jamii)[16]
12.
Apakah istri ketika di dunia akan bersama suaminya di Surga dan
berada dalam satu kedudukan?
Ini adalah pertanyaan klasik yang biasanya dintanyakan oleh para
wanita. Dijawablah pertanyaan tersebut oleh Syaikh Mahir Ahmad Ash-Shufi dalam
kitabnya Jinan al- Khuld Na’imuha wa Qushuruha wa Huuruha, an-Naar, Ahwaluha
wa adaabuha bahwa seorang istri yang taat dan shalihah begitupun suaminya,
Allah akan meridhainya untu selaluk bersama di surga. Allah akan meninggikan
derajat istri itu di depan suaminya atas bidadari-bidadari yang lain, dan bidadari-bidadari
yang lain menjadi pelayan bagi keduanya. Suaminya takan berpaling darinya
meskipun ada ratusan bidadari yang jelita.[17]
13.
Percumbuan Penghuni Surga
Abu Hurairah
pernah bertanya kepada Rasulullah saw, “apakaha aku dapat menggauli semua
istriku di surga?”, rasul pun menjawab, “Dalam sehari seorang lelaki
surga dapat menggauli seratus perawan” sanadnya shahih.
Rasulullah
bersabda, “Orang mukmin di surga diberi kekuatan sekian untuk bersetubuh”
(H.R Anas) Tirmidzi menyebut bahwa hadist ini shahih.
Dari Abu Umamah
yang mendengar Rasulullah saw ditanya apakah para penghuni surga saling
menikah? Rasulullah bersabda, “Dengan dzakar yang takkan lemas, dengan nafsu
yang takkan terputus, para penghuni surga terus menerus bersetubuh”. (H.R
Thabrani)
Dalam hadist
lain pula, Rasul ditanya “apakah penghuni surga menggauli istri-istri mereka?”
Rasul bersabda, “Ya. Dengan dzakar yang tak pernah lemas, dengan farji yang tak
becek, dengan syahwat yang tak terputus.” (H.R Abu Nua’im)
Dalam hal
gambaran persetubuhan di surga ini, masih banyak hadist lain yang tidak penulis
cantumkan semuanya. Karena pada intinya adalah menerangakan kenikmatan
persetubuhan yang tiada habisnya.[18]
14.
Puncak Kenikmatan Surga
Kenikmatan yang
paling tinggi yang akan dirasakan oleh ahli surga adalah saat mana mereka
nmenyaksikan atau melihat secara lansgung Wajah Allah atau dapat bermunajah dan
damai dalam Ridha-Nya.[19]
Allah swt telah
berfirman, “Wajah-wajah (orang mukmin) pada hari itu. Kepada Tuhannyalah mereka
melihat” (Qs. Al-Qiyamah 22-23).
Sebagaimana
pula kita ketahui dalam kajian Tasawuf, bahwa tujuan utama para sufi adalah
ingin bersatu bersama-Nya. Dalam hal ini, salah satu sufi yang paling terkenal
dengan tujuannya yang hanya ingin melihat Wajah Allah swt adalah Rabiah
Al-Adawiyah dengan konsep tasawufnya Mahabbah.
B. Neraka
1. Pengertian
Neraka
Neraka dalam terminologi Al-Qur’an memiliki beberapa pengertian,
diantaranya:
a.
Neraka adalah alam akhirat tempat penyiksaan untuk orang-orang
berdosa.
b.
Neraka berarti sial.
c.
Neraka adalah keadaan atau tempat penyengsaraan penyakit parah, dan
kemiskinan.
Dalam terminologi Al-Qur’an, kata neraka disebut Na’ar, yang
berarti api yang menyala. Secara istilah berarti tempat balasan berupa siksaan
bagi orang-orang yang berbuat dosa dan kesalahan.
Neraka adalah tempat penyiksaan dimana bentuk hukumnya yang paling
sangat menyiksa digambarkan sebagai api. Nama-nama neraka atau pintu-pintu
neraka yang terdapat dalam Al-Qur’an adalah:
1.
Jahannam,
yang berarti sumur yang dalam
2.
Sa’ir,
yang berarti jilatan api.
3.
Huthamah,
yang berarti api yang meremukkan
4.
Ladza,
yang berarti lidah api
5.
Saqar,
yang berarti api yang menghanguskan
6.
Jahim,
yang berarti yang membakar.
Berdasarkan pengertian neraka dalam terminologi Al-Qur’an
tersebut, tampak bahwa semua kata memiliki arti yang sama, yaitu neraka
mengandung arti api dan panas yang menyala-nyala atau bergejolak dan
dapat menghancurkan. Pengertian ini menunjukkan bahwa tempat yang
disebutkan sebagai neraka adalah tempat dan keadaan yang tidak menyenangkan.
2. Isi Neraka
Menurut Nuruddin isi neraka adalah berbagai macam siksaan. Sesuai
dengan namanya, An-Nar yang berarti api, neraka pada dasarnya berisi dan berupa
api. Di dalam neraka terdapat pohon api, buah api, cokmar api, dan bunga api.
Di samping api, didalam neraka terdapat binatang-binatang beracun,
seperti ular besarnya seperti leher dan terdapat telaga (jurang yang dalam).
Pakaian penghuni neraka berupa besi yang berapi.Minumannya berupa air yang
sangat panas bercampur darah dan nanah. Serta, neraka dijaga oleh malaikat yang
bernama Zabaniah yang membawa pentungan api sangat beratnya.[21]
Neraka itu lebih panas 7 kali dibanding panas dunia.Bahkan neraka
itu telah dinyalakan beribu-ribu tahun.
3. Nama-Nama
Neraka
Jika kepada mereka yang taat dan berbakti kepada Allah SWT akan
diberi balasan sejumlah kenikmatan, maka kepada mereka yang durhaka dan
bergelimang noda dosa tentu dibalas-Nya dengan siksa, yakni neraka Jahim. Hal
ini sebagai hukuman terhadap mereka, karena telah melakukan dan menumpuk dosa
besar dan kejahatan-kejahatan yang berlebihan. Allah berfirman dalam Surah
Al-Hijr Ayat 15 yang artinya:
“Jahannam (Neraka) itu mempunyai tujuh pintu.Tiap-tiap pintu
(telah ditetapkan) untuk golongan yang tertentu dari mereka”.
Bagi neraka ini ada tujuh jumlah nama, diantaranya:
1.
Neraka Jahannam, Tempat orang-orang yang bedosa besar. (QS.
Al-Mulk [67]: 6). Neraka dinamakan Jahannam karena dasarnya yang sangat
dalam atas keadaannya yang sangat gelap dan hitam. Kedalaman dasar Jahannam
ditunjukkan sebuah Hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah.
حَدَّثَنَا
يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ حَدَّثَنَا خَلَفُ بْنُ خَلِيفَةَ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ
كَيْسَانَ عَنْ أَبِي حَازِمٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ كُنَّا مَعَ رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذْ سَمِعَ وَجْبَةً فَقَالَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَدْرُونَ مَا هَذَا قَالَ قُلْنَا
اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ هَذَا حَجَرٌ رُمِيَ بِهِ فِي النَّارِ مُنْذُ
سَبْعِينَ خَرِيفًا فَهُوَ يَهْوِي فِي النَّارِ الْآنَ حَتَّى انْتَهَى إِلَى
قَعْرِهَا و حَدَّثَنَاه مُحَمَّدُ بْنُ عَبَّادٍ وَابْنُ أَبِي عُمَرَ قَالَا
حَدَّثَنَا مَرْوَانُ عَنْ يَزِيدَ بْنِ كَيْسَانَ عَنْ أَبِي حَازِمٍ عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ بِهَذَا الْإِسْنَادِ وَقَالَ هَذَا وَقَعَ فِي أَسْفَلِهَا
فَسَمِعْتُمْ وَجْبَتَهَا
Artinya: Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Ayyub] telah
menceritakan kepada kami [Khalaf bin Khalifah] telah menceritakan kepada kami
[Yazid bin Kaisan] dari [Abu Hazim] dari [Abu Hurairah] berkata: Kami bersama
Nabi Shallallahu 'alaihi wa Salam tiba-tiba beliau mendengar suara sesuatu yang
jatuh berdebuk, nabi Shallallahu 'alaihi wa Salam bertanya: "Tahukah
kalian apa itu?" kami menjawab: Allah dan rasulNya lebih tahu. Beliau
bersabda: "Itu adalah batu yang dilemparkan ke neraka sejak tujuh puluh
tahun, ia jatuh ke neraka sekarang hingga mencapai keraknya." Telah
menceritakannya kepada kami [Muhammad bin Abbad] dan [Ibnu Abi Umar] keduanya
berkata: Telah menceritakan kepada kami [Marwan] dari [Yazid bin Kaisan] dari
[Abu Hazim] dari [Abu Hurairah] dengan sanad ini, ia berkata: "Ia (batu)
jatuh ke paling bawahnya lalu kalian mendengar debukannya. (H.R Muslim).[22]
2.
Neraka Lazha, Tempat bagi orang penyembah berhala. (Q.S.
al-Ma’arij: 15-18). Jadi karena neraka Lazha ini apinya begitu panas maka kulit
kepala akan terkelupas dengan sendirinya. Juga karena memliki gaya tarik yang
begitu dahsyat, maka apapun yang mendekat kesitu pasti akan disambar. Adapun
orang ynag mendekat ini tidak lain adalah orang yang membelakangkan punggungnya,
maksudnya enggan menerima kebenaran. Mereka berpaling jika diajak melakukan
kebaikan dan tunduk kepada tuntunan Tuhan.[23]
3.
Neraka Saqar, tempat orang-orang yang tidak sholat dan tidak
zakat. (Q.S. al-Muddatsir: 26-30). Disebut Saqar yang berarti burung elang,
karena ia memakan dagingnya saja, bukan tulang. [24]
4.
Neraka Hutamah, tempat bagi Ya’juj dan Ma’juj dan
orang-orang kafir. (al-Humazah: 5-9). Al-Bukhari mengatakan: “Huthamah
adalah nama neraka, sama seperti Saqar dan Lazha. Neraka
dinamakan Huthamah karena akan menghancurkan kepala dan tulang orang
yang memasukinya.[25]
5.
Neraka Jahim, Tempat orang-orang Yahudi dan Nasrani. (Q.S.
Ad-Dukhan [44]: 47). Jahim berarti tempat yang sangat panas sekali.
6.
Neraka Sa’ir, tempat bagi syaithan dan orang-orang Majusi.
(Q.S. al-Mulk: 5). disebut Sa’ir atau yang membakar, karena ia selalu membakar
para penghuninya.
7.
Neraka Hawiyah, tempat orang-orang Munafik dan orang-orang
yang amal salehnya lebih ringan dari amal keburukan. (Q.S. al-Qari’ah: 8-11). Hawiyah
adalah sebuah jurang yang sangat dalam, dan barang siapa yang terjatuh ke
dalamnya pasti tak bisa kembali naik keatas. Disebutkan nama Hawiyah dalam
sebuah Hadis:
أَخْبَرَنَا
عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ سَعِيدٍ قَالَ حَدَّثَنَا مُعَاذُ بْنُ هِشَامٍ قَالَ
حَدَّثَنِي أَبِي عَنْ قَتَادَةَ عَنْ قَسَامَةَ بْنِ زُهَيْرٍ عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا
حُضِرَ الْمُؤْمِنُ أَتَتْهُ مَلَائِكَةُ الرَّحْمَةِ بِحَرِيرَةٍ بَيْضَاءَ
فَيَقُولُونَ اخْرُجِي رَاضِيَةً مَرْضِيًّا عَنْكِ إِلَى رَوْحِ اللَّهِ
وَرَيْحَانٍ وَرَبٍّ غَيْرِ غَضْبَانَ فَتَخْرُجُ كَأَطْيَبِ رِيحِ الْمِسْكِ
حَتَّى أَنَّهُ لَيُنَاوِلُهُ بَعْضُهُمْ بَعْضًا حَتَّى يَأْتُونَ بِهِ بَابَ
السَّمَاءِ فَيَقُولُونَ مَا أَطْيَبَ هَذِهِ الرِّيحَ الَّتِي جَاءَتْكُمْ مِنْ
الْأَرْضِ فَيَأْتُونَ بِهِ أَرْوَاحَ الْمُؤْمِنِينَ فَلَهُمْ أَشَدُّ فَرَحًا
بِهِ مِنْ أَحَدِكُمْ بِغَائِبِهِ يَقْدَمُ عَلَيْهِ فَيَسْأَلُونَهُ مَاذَا
فَعَلَ فُلَانٌ مَاذَا فَعَلَ فُلَانٌ فَيَقُولُونَ دَعُوهُ فَإِنَّهُ كَانَ فِي
غَمِّ الدُّنْيَا فَإِذَا قَالَ أَمَا أَتَاكُمْ قَالُوا ذُهِبَ بِهِ إِلَى
أُمِّهِ الْهَاوِيَةِ وَإِنَّ الْكَافِرَ إِذَا احْتُضِرَ أَتَتْهُ مَلَائِكَةُ الْعَذَابِ
بِمِسْحٍ فَيَقُولُونَ اخْرُجِي سَاخِطَةً مَسْخُوطًا عَلَيْكِ إِلَى عَذَابِ
اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ فَتَخْرُجُ كَأَنْتَنِ رِيحِ جِيفَةٍ حَتَّى يَأْتُونَ بِهِ
بَابَ الْأَرْضِ فَيَقُولُونَ مَا أَنْتَنَ هَذِهِ الرِّيحَ حَتَّى يَأْتُونَ بِهِ
أَرْوَاحَ الْكُفَّارِ
Artinya: Telah
mengabarkan kepada kami ['Ubaidullah bin Sa'id] dia berkata; telah menceritakan
kepada kami [Mu'adz bin Hisyam] dia berkata; [bapakku] telah menceritakan
kepadaku dari [Qatadah] dari [Qasamah bin Zuhair] dari [Abu Hurairah] bahwa
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda: "Apabila seorang mukmin
telah mendekati ajalnya, para malaikat rahmat datang menemuinya dengan membawa
sutera putih. Mereka berkata; 'kaluarlah kamu (ruh) dengan ridla dan diridlai
menuju rahmat Allah, bau harum dan Rabb yang tidak murka'. Lalu ia keluar
dengan bau misik yang paling harum, hingga sebagian mereka berebut dengan
sebagian yang lain untuk mendapatkannya, kemudian mereka membawanya hingga
pintu langit. Mereka (penduduk langit) berkata; 'Alangkah harumnya bau yang
kalian bahwa ini dari bumi! '. Lalu mereka datang dengannya menemui ruh-ruh
kaum mukminin. Mereka lebih bergembira (kedatangan) nya daripada seorang di
antara kalian yang di datangi orang yang sudah lama tidak bertemu. Lalu mereka
bertanya kepadanya; 'Apa yang telah dilakukan oleh si Fulan? Apa yang telah
dilakukan si Fulan? ' Mereka berkata; 'Biarlah ia, karena dahulu ia terlena
dengan kehidupan di dunia'. Jika ada yang bertanya, 'Tidakkah ia datang menemui
kalian? ' mereka menjawab; 'Ia dibawa ke tempat asalnya yang dalam (Neraka
Hawiyah), dan seorang yang kafir jika telah datang ajalnya, para malaikat Adzab
datang membawa kain kasar. Mereka berkata; 'keluarlah kamu dengan murka dan
dimurkai menuju siksa Allah -Azza wa Jalla-. Lalu ia keluar seperti bau bangkai
yang paling busuk, kemudian mereka membawanya hingga pintu bumi. Lalu mereka
berkata; 'Alangkah busuknya bau ini! ' lalu mereka membawanya menemui ruh
orang-orang kafir." (H.R An-Nasa’i, Sanad Hadis ini Shahih). [26]
4. Kesengsaraan di
Neraka
Ilustrasi perihal tentang neraka jahim telah diberikan Allah.Dengan
merenungkan sifat-sifat neraka jahim itu, serasa jadi berubanlah para remaja,
dan terlepaslah tangkai hati setiap manusia.[27]
Memang dibuat sedemikian mengerikan, agar orang yang terlanjur menempuh jalan
sesat bersedia kembali kejalan yang lurus dan benar. Yang terlanjur berbuat
durhaka akan meninggalkan kedurhakaannya.
Dalam hal kepedihan dan kesangatan siksa neraka itu dapatlah
kiranya dikutipkan nash-nash atau keterangan-keterangan agama yang terdiri dari
Al-Qur’an dan Al-Hadits.[28]
Diantaranya sebagai berikut:
1.
Bahwa Allah menyebutkan bahan bakar neraka Jahanam adalah
manusia yang kafir lagi durhaka disiksa itu sendiri, serta batu-batuan dan yang
menjaganya adalah malaikat-malaikat yang keras tindakannya, tetapi senantiasa
mengikuti apa saja yang diperintahkan oleh Allah Ta’ala. Terdapat dalam firman Allah SWT, dalam Surah at-Tahrim ayat 6.
2.
Sebagaimana nafsu angkara murka, maka neraka tak pernah mengenal
puas atas segala sesuatu yang dimasukkan kedalamnya. Jadi, dia senantiasa
meminta tambahan, sehingga disitu tidak terdapat lagi sejengkal pun tempat yang
kosong. terdapat dalam firman Allah SWT dalam Surah Qaf ayat 30.
3.
Di dalam Al-Qur’an juga diceritakan bahwa makanan para ahli neraka
itu diantaranya:
a.
Zaqum, yakni sebangsa pohon yang buruk sekali karena rasanya yang
amat pahit dan baunya amatlah busuk.[29]
حَدَّثَنَا
مَحْمُودُ بْنُ غَيْلَانَ حَدَّثَنَا أَبُو دَاوُدَ أَخْبَرَنَا شُعْبَةُ عَنْ
الْأَعْمَشِ عَنْ مُجَاهِدٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَرَأَ هَذِهِ الْآيَةَ {اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ
تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ} قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَوْ أَنَّ قَطْرَةً مِنْ الزَّقُّومِ قُطِرَتْ
فِي دَارِ الدُّنْيَا لَأَفْسَدَتْ عَلَى أَهْلِ الدُّنْيَا مَعَايِشَهُمْ
فَكَيْفَ بِمَنْ يَكُونُ طَعَامَهُ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ
صَحِيحٌ
Artinya: Telah menceritakan kepada kami [Mahmud bin Ghailan] telah
menceritakan kepada kami [Abu Daud] telah menceritakan kepada kami [Syu'bah]
dari [al A'masy] dari [Mujahid] dari [Ibnu Abbas] bahwa Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam membaca ayat, "Bertakwalah kamu sekalian kepada Allah
dengan sebenar benarnya takwa, dan janganlah kamu sekalian meninggal melainkan
kalian dalam keadaan muslim." Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Kalau seandainya setetes Zaqqum (nama pohon di neraka) menetes
ke kampung dunia, niscaya akan merusakkan kehidupan penduduk dunia. Lalu
bagaimana dengan (keadaan) orang-orang yang menjadikan zaqqum sebagai
makanannya?" (H.R al-Tirmidzi dan Ibnu Majah) Abu Isa berkata; 'Ini hadits hasan shahih”.
b.
Api, pada hari kiamat nanti mereka akan memakan api sehingga perut
mereka terbakar dari dalam. Allah berfirman dalam surah An-Nisa [4]: 10, dan
hadis Nabi SAW. :
حَدَّثَنَا
يَحْيَى بْنُ يَحْيَى قَالَ قَرَأْتُ عَلَى مَالِكٍ عَنْ نَافِعٍ عَنْ زَيْدِ بْنِ
عَبْدِ اللَّهِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْن أَبِي بَكْرٍ
الصِّدِّيقِ عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّم أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الَّذِي
يَشْرَبُ فِي آنِيَةِ الْفِضَّةِ إِنَّمَا يُجَرْجِرُ فِي بَطْنِهِ نَارَ جَهَنَّمَ
Artinya: Telah
menceritakan kepada kami [Yahya bin Yahya] ia berkata; Aku membaca Hadits dari
[Malik] dari [Nafi'] dari [Zaid bin 'Abdullah] dari ['Abdullah bin 'Abdurrahman
bin Abu Bakr Ash Shidiqi] dari [Ummu Salamah] istri Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Orang
yang minum dengan bejana yang terbuat dari perak, sebenarnya dia sedang
menggodok api neraka di dalam perutnya. (H.R
Buhkari dan Muslim).
c.
Ghislin,
dalam surah Al-Haqqah [69]: 35-37 yang artinya:
“Maka tiada seorang temanpun baginya pada hari ini di sini. dan
tiada (pula) makanan sedikitpun
(baginya) kecuali dari darah dan nanah. tidak ada yang memakannya
kecuali orang-orang yang berdosa.”
Al-Qasimi
berkata, “Ghislin adalah darah bercampur nanah milik penghuni neraka,”[30]
d.
Dhari’, dhari’
adalah tumbuhan di jazirah arab yang memiliki duri berukuran besar. jika masih
basah disebut syabraq dan sudah kering disebut dhari’. [31]
Adapun minumannya adalah :
a.
Nanah, terdapat dalam Hadist Nabi SAW.
حَدَّثَنَا
سُوَيْدُ بْنُ نَصْرٍ أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ أَخْبَرَنَا صَفْوَانُ بْنُ
عَمْرٍو عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ بُسْرٍ عَنْ أَبِي أُمَامَةَ عَنْ النَّبِيِّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي قَوْلِهِ { وَيُسْقَى مِنْ مَاءٍ صَدِيدٍ
يَتَجَرَّعُهُ } قَالَ يُقَرَّبُ إِلَى فِيهِ فَيَكْرَهُهُ فَإِذَا أُدْنِيَ
مِنْهُ شَوَى وَجْهَهُ وَوَقَعَتْ فَرْوَةُ رَأْسِهِ فَإِذَا شَرِبَهُ قَطَّعَ
أَمْعَاءَهُ حَتَّى تَخْرُجَ مِنْ دُبُرِهِ يَقُولُ اللَّهُ { وَسُقُوا مَاءً
حَمِيمًا فَقَطَّعَ أَمْعَاءَهُمْ } وَيَقُولُ { وَإِنْ يَسْتَغِيثُوا يُغَاثُوا
بِمَاءٍ كَالْمُهْلِ يَشْوِي الْوُجُوهَ بِئْسَ الشَّرَابُ }
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Suwaid bin Nashr telah
mengabarkan kepada kami Abdullah telah mengabarkan kepada kami Shafwan bin Amru
dari Ubaidillah bin Busr dari Abu Umamah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
dalam menjelaskan firman Nya, "Dan dia akan diberi minuman dengan air
nanah, lalu dia minum air nanah itu." Beliau menjelaskan; '(Minuman itu)
didekatkan kepada (orang yang bermaksiat tersebut), maka dia tidak menyukainya,
ketika didekatkan kepadanya, minuman itu membakar wajahnya, maka kulit
kepalanya jatuh mengelupas. Ketika dia meminumnya, minuman itu memutuskan
lambungnya hingga keluar (cairan) dari duburnya. Allah berfirman: 'Dan mereka
diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong ususnya.' Dan Allah
berfirman: 'Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum
dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman
yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.'[32]
(H.R at-Tirmidzi)
b.
Nanah bercampur darah, terdapat dalam Hadis Nabi SAW.
حَدَّثَنَا
قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا جَرِيرُ بْنُ عَبْدِ الْحَمِيدِ عَنْ عَطَاءِ بْنِ
السَّائِبِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُبَيْدِ بْنِ عُمَيْرٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ
قَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ مَنْ شَرِبَ الْخَمْرَ لَمْ يَقْبَلْ اللَّهُ لَهُ صَلَاةً أَرْبَعِينَ
صَبَاحًا فَإِنْ تَابَ تَابَ اللَّهُ عَلَيْهِ فَإِنْ عَادَ لَمْ يَقْبَلْ اللَّهُ
لَهُ صَلَاةً أَرْبَعِينَ صَبَاحًا فَإِنْ تَابَ تَابَ اللَّهُ عَلَيْهِ فَإِنْ
عَادَ لَمْ يَقْبَلْ اللَّهُ لَهُ صَلَاةً أَرْبَعِينَ صَبَاحًا فَإِنْ تَابَ
تَابَ اللَّهُ عَلَيْهِ فَإِنْ عَادَ الرَّابِعَةَ لَمْ يَقْبَلْ اللَّهُ لَهُ
صَلَاةً أَرْبَعِينَ صَبَاحًا فَإِنْ تَابَ لَمْ يَتُبْ اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَقَاهُ مِنْ نَهْرِ الْخَبَالِ قِيلَ يَا أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ وَمَا
نَهْرُ الْخَبَالِ قَالَ نَهْرٌ مِنْ صَدِيدِ أَهْلِ النَّارِ
Artinya: Telah menceritakan kepada kami [Qutaibah], telah
menceritakan kepada kami [Jarir bin Abdul Hamid] dari [Atha` bin As Sa`ib] dari
[Abdullah bin Umair] dari [bapaknya] ia berkata; [Abdullah bin Umar] berkata;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Siapa yang meminum
khamer, maka Allah tidak akan menerima shalatnya selama empat puluh hari, jika
ia bertaubat, maka Allah akan menerima taubatnya. Akan tetapi, jika ia kembali
melakukannya, maka Allah tidak akan menerima shalatnya selama empat puluh hari,
jika ia bertaubat, maka Allah akan menerima taubatnya, namun jika ia kembali
lagi melakukannya, maka Allah tidak akan menerima lagi shalatnya selama empat
puluh hari, bila ia bertaubat Allah akan menerima taubatnya. Apabila ia kembali
melakukannya pada kali keempat, maka Allah tidak menerima shalatnya selama empat
puluh hari. Dan setelah itu, jika ia bertaubat, Allah tidak akan menerima
taubatnya, dan ia akan diberi minum dari sungai Khabal." kemudian
ditanyakan, "Wahai Abu Abdurrahman, apakah itu sungai Al Khabal?" ia
menjawab, "Yaitu sungai dari darah dan nanah penghuni neraka." (H.R
At-Tirmidzi)[33]
c.
Hamim, yaitu air mendidih dan sangat panas. terdapat dalam Hadis
Nabi SAW.
حَدَّثَنَا
سُوَيْدٌ أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ أَخْبَرَنَا سَعِيدُ بْنُ يَزِيدَ عَنْ أَبِي
السَّمْحِ عَنْ ابْنِ حُجَيْرَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ الْحَمِيمَ لَيُصَبُّ عَلَى رُءُوسِهِمْ
فَيَنْفُذُ الْحَمِيمُ حَتَّى يَخْلُصَ إِلَى جَوْفِهِ فَيَسْلِتُ مَا فِي
جَوْفِهِ حَتَّى يَمْرُقَ مِنْ قَدَمَيْهِ وَهُوَ الصَّهْرُ ثُمَّ يُعَادُ كَمَا كَانَ
Artinya: Telah menceritakan kepada kami [Suwaid] telah mengabarkan
kepada kami [Abdullah] telah mengabarkan kepada kami [Sa'id bin Yazid] dari
[Abu as Samh] dari [Ibnu Hujairah] dari [Abu Hurairah] dari Nabi shallallahu
'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Sesungguhnya air yang panas tersebut
pasti akan dituangkan ke atas kepala mereka, maka air panas tersebut menembus
hingga masuk ke dalam perutnya dan memotong segala sesuatu yang berada dalam
perutnya hingga keluar dari kedua telapak kakinya dalam bentuk cairan. Kemudian
dia dikembalikan (utuh) sebagaimana sebelumnya." (H.RAt-Tirmidzi).[34]
4.
Adapun pakaian para ahli neraka itu adalah api pula.[35]
Terdapat dalam firman Allah Surah al-Hajj Ayat 19-22. terdapat dalam hadist
Nabi SAW.
Dari Abi Malik Al-Asy’ari R.A., ia berkata, “Rasulullah SAW
bersabda, ‘Orang yang menjerit-jerit ketika ditinggal mati oleh keluarganya,
jika ia tidak bertaubat sebelum mati, maka pada hari kiamat ia akan
dibangkitkan dengan memakai pakaian dari pelangkin ter.” (H.R Muslim).[36]
5.
Neraka Jahannam itu mengelilingi seluruh orang yang tersiksa
didalamnya, dipagari dari segenap penjuru.[37]
Jadi api itulah yang merupakan naungan dan alas tubuhnya, terdapat dalam firman
Allah SWT dalam Surah Al-A’raf ayat 40-41.
6.
Ikatan, belenggu, rantai, dan palu penghuni neraka. Terdapat dalam
Hadis Nabi SAW.
حَدَّثَنَا
إِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ وَعَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ وَاللَّفْظُ لِعَبْدٍ قَالَا
أَخْبَرَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ
سَالِمٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ كَانَ الرَّجُلُ فِي حَيَاةِ رَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا رَأَى رُؤْيَا قَصَّهَا عَلَى رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَتَمَنَّيْتُ أَنْ أَرَى رُؤْيَا
أَقُصُّهَا عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ وَكُنْتُ
غُلَامًا شَابًّا عَزَبًا وَكُنْتُ أَنَامُ فِي الْمَسْجِدِ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَرَأَيْتُ فِي النَّوْمِ كَأَنَّ
مَلَكَيْنِ أَخَذَانِي فَذَهَبَا بِي إِلَى النَّارِ فَإِذَا هِيَ مَطْوِيَّةٌ
كَطَيِّ الْبِئْرِ وَإِذَا لَهَا قَرْنَانِ كَقَرْنَيْ الْبِئْرِ وَإِذَا فِيهَا
نَاسٌ قَدْ عَرَفْتُهُمْ فَجَعَلْتُ أَقُولُ أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ النَّارِ
أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ النَّارِ أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ النَّارِ قَالَ
فَلَقِيَهُمَا مَلَكٌ فَقَالَ لِي لَمْ تُرَعْ فَقَصَصْتُهَا عَلَى حَفْصَةَ
فَقَصَّتْهَا حَفْصَةُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نِعْمَ الرَّجُلُ عَبْدُ
اللَّهِ لَوْ كَانَ يُصَلِّي مِنْ اللَّيْلِ
Artinya: Telah menceritakan kepada kami [Ishaq bin Ibrahim] dan
['Abad bin Humaid] dan lafazh ini milik 'Abad dia berkata; Telah mengabarkan
kepada kami ['Abdur Razzaq]; Telah mengabarkan kepada kami [Ma'mar] dari [Az
Zuhri] dari [Salim] dari [Ibnu 'Umar] dia berkata; 'Apabila ada seseorang yang
bermimpi, pada masa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, maka ia pun akan
menceritakan mimpi itu kepada Rasulullah, hingga saya juga ingin sekali
bermimpi dan menceritakannya kepada beliau. Ketika remaja, pada masa
Rasulullah, saya pernah tertidur di masjid. Dalam tidur itu saya bermimpi bahwa
ada dua malaikat yang menangkap saya dan membawa saya ke neraka yang tepinya
berdinding seperti sumur dengan dua tali seperti tali sumur. Ternyata di dalam
sumur tersebut ada beberapa orang yang saya kenal dan segera saya ucapkan: 'Aku
berlindung kepada Allah dari siksa neraka. Aku berlindung kepada Allah dari
siksa neraka. Aku berlindung kepada Allah dari siksa neraka.' Tak lama
kemudian, kedua malaikat tersebut ditemui oleh satu malaikat lain dan ia
berkata kepada saya; 'Kamu akan aman.' Lalu saya ceritakan mimpi saya itu
kepada Hafshah dan Hafshah menceritakannya kepada Rasulullah. Kemudian
Rasulullah bersabda: 'Sebaik-baik orang adalah Abdullah bin 'Amru, jika ia
berkenan melaksanakan shalat di sebagian malam.' (H.R Bukhari dan Muslim).[38]
7.
Para Ahli neraka itu tertutup sama sekali dari Allah
Ta’ala, baik kenikmatannya maupun melihat Dzat-Nya yang Maha Mulia itu dan yang
demikian ini pun merupakan sesangat-sangat macam penyiksaan yang mereka derita.
Terdapat dalam firman Allah SWT
surah Al-Muthaffifin ayat 15.
8.
Para Ahli neraka itu setiap kali sudah hangus-hangus dan matang
kulitnya, lalu oleh Allah ta’ala diganti dengan kulit baru yang lain lagi,
untuk lebih menyangatkan siksaan secara terus-menerus.[39]
Terdapat dalam firman Allah SWT dalam
Surah An-nisa’ ayat 56.
9.
Karena sudah tidak kuat dan tidak tertahannya siksa itu bagi
para ahli neraka, maka sampai dapat ditamsilkan andaikata disuruh menebus siksa
itu dengan apa saja yang dimiliki, sekalipun yang dimiliki itu adalah apa-apa
yang dicintai. Tetapi pada hari itu sudah tidak ada lagi kemanfaatannya tebusan
sekalipun betapun juga besarnya dan tidak ada pula gunanya harapan-harapan yang
itdak karuan ujung pangkalnya.[40]
Hal ini terdapat dalam firman Allah SWT dalam Surah Al-Ma’arij ayat 11-15.
5. Seringan-ringan
Siksa Manusia di Neraka
Di dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan dari An-Nu’man
bin Basyir r.a, sesungguhnya Rasulullah SAW, bersabda sebagai berikut[41]:
حَدَّثَنَا عَبْدُ
اللَّهِ بْنُ رَجَاءٍ حَدَّثَنَا إِسْرَائِيلُ عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ عَنْ
النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ قَالَ : سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ أَهْوَنَ أَهْلِ النَّارِ عَذَابًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ
رَجُلٌ عَلَى أَخْمَصِ قَدَمَيْهِ جَمْرَتَانِ يَغْلِي مِنْهُمَا دِمَاغُهُ كَمَا
يَغْلِي الْمِرْجَلُ وَالْقُمْقُمُ
Artinya: Dari An-Nu’aim bin Basyir, di berkata, “aku mendengar nabi
SAW. Bersabda, ‘sesungguhnya ahli neraka yang paling ringan siksaannya paa
Hari Kiamat adalah seorang laki-laki yang diletakkan dua bara api pada bagian
lelukan dua telapak kakinya sehingga membuat otaknya mendidih, sebagaimana
halnya periuk yang mendidih dengan wadah untuk memanaskan air”. (H.R Bukhari)
6. Orang Mukmin
itu tidak kekal di dalam Neraka
Diceritakan dalam hadits shahih, bahwa orang mukmin itu tidak akan
dikekalkan oleh Allah di neraka dan yang sedemikan itu memang merupakan
kerahmatan Allah kepadanya. Jadi jelaslah, apabila ada seorang mukmin
mengerjakan sesuatu dosa besar dan belum ditebus dengan hukuman sewaktu ia
berada di dunia, baik berupa had, rajam, kifarah dan lain-lain dan pula tidak
pernah melakukan taubat yang nasuha yakni merasa amat menyesal dan berniat
hendak meninggalkannya untuk selama-lamanya dan pula tidak pernah terkena
bahaya atau musibah, baik berupa sakit atau apa saja dianggap sebagai tebusan
dosa besarnya tadi, padahal sudah semestinya bahwa orang tersebut paasti akan
dihisab oleh Allah Ta’ala segala amal perbuatannya.[42]
Jadi Allah akan mengadakan timbangan mizan diantara semua amal-amal shalih yang
pernah dilakukan oleh orang tadi dan antara semua kemaksiatannya yang belum
ditobati. Jikalau kebaikannya lebih banyak, maka sudah barang tentu masuk
kedalam surga, demikian pula jikalau diantara kebaikan dan keburukannya itu
sama, maka Insya Allah orang itu akan memperoleh kerahmatannya sehingga semua
keburukannya diampunkan oleh Allah dan akhirnya dapatlah ia masuk surga.
Adapun sekiranya seorang mukmin keburukannya itu lebih banyak dari
pada kebaikannya, maka apabila Allah Ta’ala tidak mengarunia pengampunan padanya,
maka sudah pastilah bahwa ia akan dimasukkan ke dalam neraka untuk sementara
waktu, sedang lamanya di dalam neraka untuk disiksa itu adalah mengikuti besar
kecilnya atau berat ringannya dosa yang dilakukan. Jikalau dianggap oleh Allah
sudah cukup ia menjalani hukumannya, maka dimasukkanlah ia dalam golongan
manusia-manusia yang telah suci dari segala dosa dan sejak saat itulah ia akan
diangkat dari neraka dan selanjutnya dimasukkanlah ia ke dalam surga untuk
selama-lamanya yakni kekal disitu sebab sekali masuk surga pasti akan kekal.[43]
Diceritakan dalam sebuah hadits dari Abu Sa’id Al-Khudri, Nabi
Muhammad SAW bersabda,[44]
حَدَّثَنَا
إِسْمَاعِيلُ قَالَ حَدَّثَنِي مَالِكٌ عَنْ عَمْرِو بْنِ يَحْيَى الْمَازِنِيِّ
عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَدْخُلُ أَهْلُ الْجَنَّةِ
الْجَنَّةَ وَأَهْلُ النَّارِ النَّارَ ثُمَّ يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى أَخْرِجُوا
مِنْ النَّارِ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ مِنْ
إِيمَانٍ فَيُخْرَجُونَ مِنْهَا قَدْ اسْوَدُّوا فَيُلْقَوْنَ فِي نَهَرِ الْحَيَا
أَوْ الْحَيَاةِ شَكَّ مَالِكٌ فَيَنْبُتُونَ كَمَا تَنْبُتُ الْحِبَّةُ فِي
جَانِبِ السَّيْلِ أَلَمْ تَرَ أَنَّهَا تَخْرُجُ صَفْرَاءَ
Artinya: Telah
menceritakan kepada kami [Isma'il] berkata, telah menceritakan kepada kami
[Malik] dari ['Amru bin Yahya Al Mazani] dari [bapaknya] dari [Abu Sa'id Al
Khudri] dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Ahlu
surga telah masuk ke surga dan Ahlu neraka telah masuk neraka. Lalu Allah
Ta'ala berfirman: "Keluarkan dari neraka siapa yang didalam hatinya ada
iman sebesar biji sawi". Maka mereka keluar dari neraka dalam kondisi yang
telah menghitam gosong kemudian dimasukkan kedalam sungai hidup atau kehidupan.
-Malik ragu. - Lalu mereka tumbuh bersemi seperti tumbuhnya benih di tepi
aliran sungai. Tidakkah kamu perhatikan bagaimana dia keluar dengan warna
kekuningan (H.R Bukhari)
7.
Syafa’at Bagi Orang Yang Bermaksiat
Kecuali memberi syafa’at ‘udhma, Rasulullah SAW, juga memberikan
pula syafa’at yang lain sesudah menerima izin dari Allah SWT dan setelah
habisnya waktu hukuman penyiksaan. Wujudnya syafa’at itu ialah dengan
cara mengeluarkan orang yang bermaksiat dari api neraka. Di dalam hadits-hadits
shahih banyak sekali keterangan-keterangan, bahwa Nabi Muhammad SAW, itu
memberikan syafa’at kepada orang-orang yang menjalankan dosa-dosa besar sesudah
masuk neraka. Allah Ta’ala mengabulkan permohonan syafa’at beliau SAW itu dan
orang-orang yang dimintakan itu lalu dikeluarkan dari neraka. Syafa’at yang
Demikian perlunya ialah untuk menunjukkan betapa mulianya orang yang memberikan
syafa’at itu disisi Allah.[45]
Juga untuk menyatakan kelebihan dan keutamaan Rasulullah. Terdapat dalam sebuah
Hadis:
حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ
حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ الْحَسَنِ بْنِ ذَكْوَانَ حَدَّثَنَا أَبُو رَجَاءٍ
حَدَّثَنَا عِمْرَانُ بْنُ حُصَيْنٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا عَنْ النَّبِيِّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَخْرُجُ قَوْمٌ مِنْ النَّارِ
بِشَفَاعَةِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَيَدْخُلُونَ
الْجَنَّةَ يُسَمَّوْنَ الْجَهَنَّمِيِّينَ
Artinya: Telah menceritakan kepada kami [Musaddad] telah
menceritakan kepada kami [Yahya] dari [Al Hasan bin Dzakwan] telah menceritakan
kepada kami [Abu Raja'] telah menceritakan kepada kami [Imran bin Husain]
radliallahu 'anhuma, dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda:
"Ada sekelompok kaum yang keluar dari neraka karena syafaat Muhammad
Shallallahu'alaihiwasallam, lantas mereka masuk surga dan mereka diberi julukan
'jahannamiyun (mantan penghuni neraka jahannam)." (H.R Bukhari)
8. Neraka Tertutup
Oleh Sahwat
Rasulullah shallAllahu’alaihi wasallam bersabda,
حَدَّثَنَا
إِسْمَاعِيلُ قَالَ حَدَّثَنِي مَالِكٌ عَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ حُجِبَتْ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ وَحُجِبَتْ الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ
Artinya: Telah menceritakan kepada kami [Ismail] mengatakan, telah
menceritakan kepadaku [Malik] dari [Abu Az Zanad] dari [Al A'raj] dari [Abu
Hurairah] radliallahu 'anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Neraka dikelilingi dengan syahwat (hal-hal yang menyenangkan
nafsu), sedang surga dikelilingi hal-hal yang tidak disenangi (nafsu)."
(H.R Bukhari)
Imam Al-Qurthubi Rahimahullah, mengatakan, perumpamaan
hadits ini menerangkan bahwa, surga tidak dapat diraih kecuali dengan
mengalahkan perasaan tidak suka dalam suatu perintah atau laranga, dan bersabar
dalam melakukannya. Sedangkan neraka itu tidak dapat dihindari kecuali dengan
meninggalkan pemuasan keinginan (syahwat), dan mensucikan diri dari keinginan
itu.[46]
Hadits ini menjelaskan kepada kita bahwa seseorang itu tidak akan
masuk surga sehingga mengamalkan perkara-perkara yang dibenci jiwa, begitupula
sebaliknya seseorang itu tidak akan masuk neraka sehingga ia mengamalkan
perkara-perkara yang disenangi oleh syahwat.[47]
Demikian itu dikarenakan ada tabir yang menghiasi surga dan neraka berupa
perkara-perkara yang dibenci ataupun yang disukai jiwa. Barangsiapa yang
berhasil membuka tabir maka ia akan sampai kedalamnya. Tabir surga itu dibuka
dengan amalan-amalan yang dibenci jiwa dan tabir neraka itu dibuka dengan
amalan-amalan yang disenangi syahwat. Diantara amalan-amalan yang dibenci jiwa
seperti halnya bersungguh-sungguh dalam beribadah kepada Allah Ta’ala serta
menekuninya, bersabar disaat berat menjalankannya, menahan amarah, memaafkan
orang lain, berlaku lemah lembut, bershadaqah, berbuat baik kepada orang yang
pernah berbuat salah, bersabar untuk tidak memperturutkan hawa nafsu dan yang
lainnya.Sementara perkara yang menghiasi neraka adalah perkara-perkara yang
disukai syahwat yang jelas keharamannya seperti minum khamr, berzina, memandang
wanita yang bukan mahramnya (tanpa hajat), menggunjing, bermain musik dan yang
lainnya.
Adapun syahwat yang mubah maka tidak termasuk dalam hal ini.Namun
makruh hukumnya bila berlebih-lebihan karena dikhawatirkan akan menjerumuskan
pada perkara-perkara haram, setidaknya hatinya menjadi kering atau melalaikan
hati untuk melakukan ketaatan bahkan bisa jadi hatinya menjadi condong kepada
gemerlapnya dunia.”(Syarhun Nawawi ‘ala Muslim, Asy-Syamilah).
Ibnu Hajar rahimahullah dalam Fathul Baari berkata,
“Yang dimaksud dengan
al-makarih (perkara-perkara yang dibenci jiwa) adalah perkara-perkara yang
dibebankan kepada seorang hamba baik berupa perintah ataupun larangan dimana ia
dituntut bersungguh-sungguh mengerjakan perintah dan meninggalkan larangan
tersebut.Seperti bersungguh sungguh mengerjakan ibadah serta berusaha
menjaganya dan menjauhi perbuatan dan perkataan yang dilarang Allah Ta’ala.
Penggunaan kata al-makarih disini disebabkan karena kesulitan dan kesukaran
yang ditemui seorang hamba dalam menjalankan perintah dan meninggalkan
larangan. Adapun yang dimaksud syahwat disini adalah perkara-perkara yang
dilakukan untuk menikmati lezatnya dunia sementara syariat melarangnya.Baik
karena perbuatan tersebut haram dikerjakan maupun perbuatan yang membuat
pelakunya meninggalkan hal yang dianjurkan. Seakan akan Nabi shallAllahu’alaihi
wasallam mengatakan seseorang tidaklah sampai ke surga kecuali setelah
melakukan amalan yang dirasa begitu sulit dan berat. Dan sebaliknya seseorang
tidak akan sampai ke neraka kecuali setelah menuruti keinginan nafsunya. Surga
dan nereka dihijabi oleh dua perkara tersebut, barangsiapa membukanya maka ia
sampai kedalamnya. Meskipun dalam hadits tersebut menggunakan kalimat khabar
(berita) akan tetapi maksudnya adalah larangan.”(Fathul Baari 18/317,
Asy-Syamilah).[48]
BAB III PENUTUP
A.
Simpulan
1.
Surga merupakan tempat balasan bagi orang-orang yang
beriman serta taat, di dalamnya diberikan segala kenikmatan, tanpa ada
sedikitpun rasa kesakitan. Namun, segala gambaran kenikmatannya tidak akan
pernah dapat terbayangkan, dan tidak akan pernah terlintas dalam pikiran maupun
hati.
2. Neraka merupakan tempat balasan bagi
orang-orang kafir dan juga orang beriman yang tidak taat. Di dalamnya diberikan
segala kepedihan dan kesakitan, tidak ada sedikitpun kenikmatan, ini merupakan
tempat pembalasan keadilan bagi yang tidak menaati atura-Nya selagi di dunia.
B. Saran
“Tak ada gading yang tak retak” begitulah adagium yang populer di
telinga. Begitu pula, dalam penulisan makalah ini, penulis sangat merasa bahwa
masih jauh dari kata sempurna, oleh karenanya, dengan segala hormat, penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca budiman. Penulis juga berharap,
senoga makalah ini bermanfaat dan menjadi amal jariyah bagi penulis. Amiin.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Al-Asqalani,
Ibnu hajar. 2009. Fathul Baari : Penjelasan Kitab Shahih Al-Bukhari,
jilid 31, cet. 1, Jakarta
Al-Mundziri,
Al-Hafizh ‘Abdul ‘Azhim bin ‘Abdul Qawi Zakiyuddin. 2003. Mukhtashar Shahih
Muslim diterjemahkan oleh Achmad Zainuddin menjadi Ringkasan Shahih
Muslim. Jakarta: Pustaka Amani.
Al-Muthairi, Abdul Muhsin. 2013, Buku Pintar Hari Akhir,
Jakarta: Zaman
Al-Jauziyyah,
Ibnu Qayyim. 2012. Hadil Arwah ila Biladil Afrah, diterjemahkan oleh
Zainul Maarif menjadi Surga yang Allah Janjikan. Jakarta: Qisthi Press.
Al-Qurthubi,
2014, Rahasia Kematian, Alam Akhirat Dan Kiamat, Jakarta : Akbar Media.
A. Marzuki, Choiran. 1997. Qiamat Surga dan Neraka.
Yogyakarta: Mitra Pustaka.
________________ 1997.Qiamat
Surga dan Neraka Yogyakarta: Pustaka Belajar Offset.
An-Nu’aim,
Muhammad bin Ibrahim. 2011. Kaifa Tarfau Darojatuka Fi ‘l-Jannah,
diterjemahkan oleh Jabir Al-Bassam menjadi Memesan Kursi Tertinggi di Surga.
Surakarta: Wacana Ilmiah Press.
As-Salafi,
‘Abdul Halim Bin Muhammad Nashshar.
2011. Shifatul Jannah Fil Qur’anuul Kariim, diterjemahkan oleh
Fajar Kurnianto menjadi Pesona Surga. Jakarta: Pustaka Imam Syafi’i.
Ash-Shufi,
Syaikh Mahir Ahmad. 2012. Jinan al- Khuld Na’imuha wa Qushuruha wa Huuruha,
an-Naar, Ahwaluha wa adaabuha, diterjemahkan oleh Agus Suwandi menjadi Seri
Ensikolpedi Hari Akhir-3: Surga Neraka. Jakarta: Ummul Qura.
Atha, Abdul
Qadir Ahmad. 1995. At-Thariq Ila al-Jannah, diterjemahkan oleh Abu Azzam
menjadi Surga di mata Ahlussunnah. Jakarta: Gema Insani Press.
Baqi, Muhammad
Fuad Abdul. 2014. Al-Lu’lu’ wal Marjan Fima Ittafaqa ‘Alaihi Asy-Syaikhani
Al-Bukhari wa Muslim, diterjemahkan oleh Arif Rahman Hakim menjadi Kumpulan
Hadist Shahih Bukhari-Muslim. Solo: Insan Kamil.
Islam, Maulana
Muhammad. 2007. Rahasia Setelah Kematian, Yogyakarta: Citra Media.
Rathomy, Moh.
Abdai, 1993.Inilah hari Pembalasan (Kiamat), Bandung: P.T. Alma’arif.
Taufik, Ahmad,
2003. Negeri Akhirat, Solo: Tiga Serangkai.
Jurnal
Ronda, Daniel.
Doktrin Tentang Surga: Relevansinya Bagi Tugas Misi Sedunia dalam Jurnal
Jaffray, Vol. 12, No. 2, Oktober 2014
Website
Al-Jauzaa, Abu.
“Sifat-Sifat Surga dalam Sunnah As-Shahihah” dalam http://abul-jauzaa.blogspot.co.id diakses pada 13 Maret 2018
_______________“Surga
diliputi Perkara yang Dibenci Jiwa, Neraka Perkara Yang disukai Nafsu” dalam http://muslimah.or.id,
diakses pada 1 Maret 2018
[1] Daniel Ronda,
“Doktrin Tentang Surga: Relevansinya Bagi Tugas Misi Sedunia” dalam Jurnal
Jaffray, Vol. 12, No. 2, Oktober 2014, hal. 203
[2] ‘Abdul Halim
Bin Muhammad Nashshar as-Salafi, Shifatul Jannah Fil Qur’anuul Kariim,
diterjemahkan oleh Fajar Kurnianto menjadi Pesona Surga, (Jakarta:
Pustaka Imam Syafi’i, 2011), hal. 64-65
[3] Choiran A.
Marzuki, Qiamat Surga dan Neraka, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 1997),
hal. 183
[4] Syaikh Mahir
Ahmad Ash-Shufi, Jinan al- Khuld Na’imuha wa Qushuruha wa Huuruha, an-Naar,
Ahwaluha wa adaabuha, diterjemahkan oleh Agus Suwandi menjadi Seri
Ensikolpedi Hari Akhir-3: Surga Neraka, (Jakarta: Ummul Qura, 2012), hal.
28
[5] Muhammad bin
Ibrahim An-Nu’aim, Kaifa Tarfau Darojatuka Fi ‘l-Jannah, diterjemahkan
oleh Jabir Al-Bassam menjadi Memesan Kursi Tertinggi di Surga,
(Surakarta: Wacana Ilmiah Press, 2011), hal. 11-12
[6]Abu Al-Jauzaa,
“Sifat-Sifat Surga dalam Sunnah As-Shahihah” dalam http://abul-jauzaa.blogspot.co.id diakses pada 13 Maret 2018
[7] Ibnu Qayyim
Al-Jauziyyah, Hadil Arwah ila Biladil Afrah, diterjemahkan oleh Zainul
Maarif menjadi Surga yang Allah Janjikan, Jakarta: Qisthi Press, 2012),
hal. 181
[11] Abdul Qadir
Ahmad Atha, At-Thariq Ila al-Jannah, diterjemahkan oleh Abu Azzam
menjadi Surga di mata Ahlussunnah, (Jakarta: Gema Insani Press, 1995),
hal. 105
[12]Al-Hafizh
‘Abdul ‘Azhim bin ‘Abdul Qawi Zakiyuddin Al-Mundziri, Mukhtashar Shahih
Muslim diterjemahkan oleh Achmad Zainuddin menjadi Ringkasan Shahih
Muslim, (Jakarta: Pustaka Amani, 2003), hal. 1164
[13] Muhammad Fuad
Abdul Baqi, Al-Lu’lu’ wal Marjan Fima Ittafaqa ‘Alaihi Asy-Syaikhani
Al-Bukhari wa Muslim, diterjemahkan oleh Arif Rahman Hakim menjadi Kumpulan
Hadist Shahih Bukhari-Muslim, (Solo: Insan Kamil, 2014), hal. 892
[17] Syaikh Mahir
Ahmad Ash-Shufi, Jinan al- Khuld Na’imuha wa Qushuruha wa Huuruha, an-Naar,
Ahwaluha wa adaabuha, hal. 223
[19] Choiran A.
Marzuki, Qiamat Surga dan Neraka., hal.184
[20] Tidak
Diketahui, “Makalah Neraka” dalam http://suwasdianto.blogspot.com, diakses pada
1 Maret 2018
[22]Abdul Muhsin
Al-Muthairi, 2013, Buku Pintar Hari Akhir, Jakarta: Zaman, hlm. 446.
[24] Al-Qurthubi, Rahasia
kematian, alam akhirat dan kiamat,
(Jakarta : Akbar Media, 2014), hal. 373.
[25] Abdul Muhsin
Al-Muthairi, Buku Pintar Hari Akhir,., hal. 449.
[26] Abdul Muhsin
Al-Muthairi, 2013, Buku Pintar Hari Akhir., hal. 448.
[27] Choiran A.
Marzuki, Qiamat Surga dan Neraka, (Yogyakarta: Pustaka Belajar Offset,
1997), hal. 199.
[28] Moh Abdai
Rathomy, Inilah hari Pembalasan (Kiamat), (Bandung: P.T.
Alma’arif,1993), hal. 163-164.
[30] Abdul Muhsin
Al-Muthairi, Buku Pintar Hari Akhir., hal., 537.
[31] Abdul Muhsin
Al-Muthairi, Buku Pintar Hari Akhir., hal. 537.
[32] Lidwa Pusaka.
[33] Abdul Muhsin Al-Muthairi, Buku Pintar Hari Akhir., hal. 540.
[34]Abdul Muhsin
Al-Muthairi, Buku Pintar Hari Akhir., hal. 539.
[39] Moh Abdai
Rathomy, Inilah hari Pembalasan (Kiamat)., hal.168
[44]Ibnu hajar
Al-Asqalani, Fathul Baari : Penjelasan Kitab Shahih Al-Bukhari, jilid
31, cet. 1, (Jakarta : Pustakaazzam, 2009), hal. 639.
[47] Tidak
Diketahui, “Surga diliputi Perkara yang Dibenci Jiwa, Neraka Perkara Yang
disukai Nafsu” dalam http://muslimah.or.id, diakses pada 1 Maret 2018
[48] Tidak
Diketahui, “Surga diliputi Perkara yang Dibenci Jiwa, Neraka Perkara Yang
disukai Nafsu”
Komentar
Posting Komentar