Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata
Kuliah Filsafat
Ilmu
Dosen Pengampu :
Dr. Fahruddin Faizs, S.Ag., M.Ag.
Disusun oleh :
Wandi
Abdul Rojak :
16530001
Wildan
Maulana Shiddiq :
17105030001
Haikal
Fadhil Anam :
17105030003
Arsyil Majid
: 17105030005
Rani
:
17105030006
Muhammad
Asro al-Aziz :
17105030007
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN
TAFSIR
FAKULTAS
USHULUDDIN
DAN PEMIKIRAN ISLAM
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2018
KATA PENGANTAR
Maha suci Allah, pemilik kebesaran dan kemuliaan, Puji syukur kami
haturkan kehadirat-Nya, karena berkat rahmat serta hidayah-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah tepat pada waktunya. Sholawat serta salam senantiasa
tercurahkan kepada junjungan kita baginda Nabi Muhammad shollallahu alaihi wasallam. Sang revolusioner sejati, pembawa dan penuntun kalam ilahi.
Sebelumnya, kami ucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang
turut mendukung atas terselesaikan nya makalah ini. Kami sudah berusaha
semaksimal mungkin dalam menyusun makalah ini. Meskipun kami menyadari bahwa
masih banyak kekurangan di dalamnya,
baik dari segi penulisan atau isi. Oleh karena itu, kami membuka lebar saran dan kritik dari pembaca yang budiman,
agar kedepannya makalah ini dapat menjadi lebih baik.
Besar harapan kami, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan serta pengalaman bagi pembacanya.
Yogyakarta, 10
Oktober 2018
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang................................................................................... 3
B.
Rumusan Masalah............................................................................... 3
C.
Tujuan Penulisan................................................................................. 3
D.
Metode .............................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN
A.
Klasifikasi Ilmu.................................................................................. 5
B.
Hierarki Ilmu.................................................................................... 13
BAB III PENUTUPAN
A.
Simpulan........................................................................................... 15
B.
Saran................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keilmuan tidak mungkin datang begitu saja tanpa melalui proses.
Ilmu yang mana merupakan produk manusia baik itu hasil pecarian maupun ilham
tentu membutuhkan proses sehingga menjadi ilmu. Proses demikian merupakan salah
satu penelitian atau perenungan dari
pada setiap pencetus ilmu.
Ilmu sebagai aktivitas ilmiah dapat berwujud penelaahan (study),
penyelidikan (inquiry), usaha menemukan (attempt to find), atau
pencarian (search). Oleh karena itu, pencarian biasanya dilakukan
berulang kali, maka dalam dunia ilmu kini dipergunakan istilah research
(penelitian) untuk aktivitas ilmiah yang paling berbobot guna menemukan
pengetahuan baru. Dari aktivitas ilmiah dengan metode ilmiah yang dilakukan
para ilmuwan dapatlah dihimpun sekumpulan pengetahuan yang baru atau
disempurnakan pengetahuan yang telah ada, sehingga di kalangan ilmuwan maupun
para filsuf pada umumnya terdapat kesepakatan bahwa ilmu adalah sesuatu
kumpulan pengetahuan yang sistematis.
Makalah ini mencoba berusaha untuk memaparkan secara singkat bagaiman
para tokoh atau ahli ilmu menglasifikasikan ilmu dan kemudian bagaiman juga
hierarki ilmu tersebut. dengan metode deskriptif-analitis, penulis berusaha
memaparkan dalam makalah ini.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, maka rumusan masalah
yang diperoleh, antara lain sebagai berikut:
1. Bagiamana kalsifikasi ilmu menurut para tokoh?
2. Bagaimana hierarki ilmu?
C. Tujuan Penulisan
Adapun
tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui kalsifikasi menurut para
tokoh.
2.
Untuk mengetahui hierarki ilmu.
D.
Metode
Adapun metode yang kami lakukan dalam penyusunan ini dengan “studi
pustaka” yakni mengambil dan menyusun berbagai sumber mengenai materi
tersebut, kemudian dikumpulkan dan kami susun secara
sistematis.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Klasifikasi Ilmu
1.
Klasifikasi Ilmu Menurut Sebagian Filusuf Muslim
Para filusuf muslim mengkategorikan ilmu kepada ilmu yang berguna
dan tidak berguna. Kategori yang masuk ilmu berguna masuk dalam ilmu-ilmu
duniawi, diantaranya adalah kedokteran, fisika, kimia, geografi, logika etika,
dan disiplin ilmu-ilmu khusus keagamaan. Sedangkan ilmu yang tidak berguna
diantaranya adalah ilmu sihir, ilmu nujum dengan tebakan bilangan-bilangan. Klasifikasi
di atas secara implisit memberikan makna penolakan terhadap sekularisme, karena
wawasan Yang Kudus tidak menghalang-halangi orang untuk menekuni ilmu-ilmu
pengetahuan duniawi secara teoritis dan praksis.
Al-Farabi mengklasifikasikan ilmu ke dalam dua wilayah. Pertama,
ilmu filsofois: seperti ilmu matematis, alam, metafisika, politik dan kedua;
seperti ilmu yurisprudensi (fiqih) dan teologi. Sedngkan al-Ghazali
mengkalsifikasikan ilmu ke dalam ilmu syar’iyyah dan ilmu aqliyyah atau
ia biasa juga menyebut dengan ilmu ghair syar’iyyah. Al-Ghazali
merupakan juga pletak dasar filosofis pertama kali teori iluminasionis dalam
arti pengetahan yang datang dari Tuhan melalui pencerahan dan penyinaran.
Kemudian Quth al-Din mengkalsifikasikan ilmu menjadi ulum hikmy dan ulum
ghair hikmy.
Klasifikasi al-Ghazali tentang ilmu syar’iyyah dan ilmu aqliyyah
sebagai berikut:
A.
Ilmu Syar’iyyah
1.
Ilmu tentang prinsip-prinsip dasar (al-ushul)
a.
Ilmu tentang keesaan Tuhan (al-Tauhid)
b.
Ilmu tentang kenabian
c.
Ilmu tentang akhirat atau eskatologis
d.
Ilmu tentang sumber pengetahuan religius, yaitu al-Qu’an dan
As-Sunnah (primer), ijma dan tradisi para sahabat (sekunder), ilmu ini terbagi
menjadi dua kategori:
i.
Ilmu Pengantar (ilmu alat)
ii.
Ilmu pelengkap (ilmu al-Qur’an, ilmu riwayat hadis, ilmu fiqh dan
lain sebagainya.
2.
Ilmu tentang cabang-cabang (furu)
a.
Ilmu tentang kewajiban manusia kepada Tuhan
b.
Ilmu tentang kewajiban manusia kepada masyrakat:
i.
Ilmu tentang transaksi, termasuk qisas
ii.
Ilmu tentang kewajiban kontraktual (berhubungan dengan hukum
keluarga)
c.
Ilmu tentang kewajiban kepada jiwanya sendiri (ilmu akhlak)
B.
Ilmu Aqliyyah
1.
Matematika: aritmatika, geometri, astronomi, dan astrologi musik.
2.
Logika
3.
Fisika, kedokteran, meteorologi, minealogi kimia.
4.
Ilmu tentang wujud di luar alam atau metafisika:
Ontologi
a.
Pengetahuan tentang esensi, sifat, dan aktivitas Ilahi.
b.
Pengetahuan tentang subtansi-substansi sederhana.
c.
Pengetahun tentang dunia halus.
d.
Ilmu tentang kenabian dan fenomena kewalian ilmu tentang mimpi.
5.
Teurgi (nairanjiyyat). Ilmu ini menggunakan kekuatan –kekuatan
bumi untuk menghasilkan efek tampak seperti suprantural.[1]
2.
Klasifikasi Ilmu Pengetahuan Menurut Para Filsuf
Klasifikasi atau
penggolongan ilmu pengetahuan mengalami perkembangan atau perubahan sesuai
dengan semangat zaman. Ada beberapa pandangan yang terkait dengan klasifikasi
ilmu pengetahuan, yakni sebagai berikut.
1.
The Liang Gie
The Liang Gie membagi
pengetahuan ilmiah berdasarkan dua hal. Yaitu ragam pengetahuan dan jenis
pengetahuan. Pembagian ilmu menurut ragamnya mengacu pada salah satu sifat
atributif yang di pilih sebagai ukuran. Pada dasarnya pembagian berdasarkan
ragam ilmu tidak memerinci berbagai cabang ilmu, hanya sebagian cabang ilmu
saja. Sifat atributif yang dimaksud adalah sifat dasar manusia yang berhasrat
ingin mengetahui (pengetahuai teoritis) dan ingin berbuat (pengetahuan
praktis). Dengan demikian The Liang Gie membagi ilmu dibedakan menjadi
dua ragam, yakni sebagai berikut.
a.
Ilmu Teoritis
Ilmu teoritis atau ilmu murni adalah ilmu yang membahas/ mendalami
ilmu itu sendiri. Ilmu teoritis juga berfokus terhadap teori-teori yang
ditujukan untuk menemukan pengetahuan baru. Salah satu contohnya penelitian
mata manusia.
b.
Ilmu Praktis
Ilmu praktis atau ilmu terapan adalah ilmu yang berusaha
menerapkan/ mengaplikasikan dalam kehidupan. Salah satu contohnya saat mata
diketahui dapat bermasalah, maka para ilmuan berhasil menemukan kacamata.
Pembagian selanjutnya
sebagai pelengkap pembagian menurut ragam adalah pembagian ilmu menurut
jenisnya. Hal ini merupakan suatu pembagian ilmu yang memakai isi substantif
dari pengetahuan ilmiah sebagai dasarnya. Isi substantive itu dicerminkan oleh
pokok soal atau objek material dari pengetahuan yang bersangkutan. Menurut The
Liang Gie ada enam enis objek material pengetahuan ilmiah, yaitu ide abstrak,
benda fisik, jasad hidup, gejala rohani, peristiwa sosial, dan proses tanda.
Selain itu, The Liang Gie membagi ilmu menjadi tujuh jenis, yaitu ilmu-ilmu
matematis, fisis, biologis, psikologis, sosial, linguistik dan ilmu-ilmu
interdisipliner.
Dalam ruang lingkup
suatu jenis ilmu yang bercorak teoritis atau praktis terdapat urutan tata
jenjang yang merupakan hierarki ilmu, antara lain berumula dari jenis ilmu
(dengan ragamnya)-rumpun ilmu-cabang ilmu-ranting ilmu-(dan) tangkai ilmu.
2.
Cristian Wolff
Critstian Wolff
mengklasifikasikan ilmu pengetahuan ke dalam tiga kelompok besar, yaitu
pengetahuan empiris, matematika, dan filsafat. Cristian Wolff menjelaskan
pokok-pokok pikirannya mengenai klasifikasi ilmu pengetahuan adalah sebagai
berikut.
a.
Dengan mempelajari kodrat pemikiran rasional, dapat ditemukan sifat
yang benar dari alam semesta. Semua yang ada di dunia ini terletak di luar
pemikiran kita yang direfleksikan dalam proses berpikir rasional. Sebab alam
semesta ini merupakan suatu sistem rasional yang isinya dapat diketahui dengan
menyusun cara deduksi dari hukum-hukum berpikir.
b.
Pengetahuan kemanusiaan terdiri atas ilmu-ilmu murni dan filsafat
praktis. Ilmu-ilmu murni adalah teologi rasional (pengetahuan tentang Tuhan),
psikologis rasional (pengetahuan tentang masalah jiwa), dan kosmologi nasional
(pengetahuan tentang kodrat dunia fisik). Filsafat praktis mencakup etika
sebagai ilmu tentang tingkah laku manusia, politik atau ilmu pemerintahan,
ekonomi sebagai bidang ilmu apa yang harus dilakukan seseorang untuk mencapai
kemakmuran.
c.
Ilmu-ilmu murni dan filsafat praktis sekaligus merupakan produk
metode berpikir deduktif. Ilmu-ilmu teoritis dijabarkan dari hukum tidak
bertentangan yang menyatakan bahwa sesuatu itu tidak dapat ada dan tidak ada
dalam waktu bersamaan. Apa yang sanggup kia ketahui tentang dunia fisik
diturunkan dari hukum alasan yang mencukupi yang menyatakan bahwa ada suatu
alasan niscaya bagi keberadaan segala sesuatu.
d.
Seluruh kebenaran pengetahuan diturunkan dari hukum-hukum berpikir.
Apa yang dikatakannya tentang moral dan religi adalah suatu kodrat yang abstrak
dan formal secara niscaya. Etika dalam pandangannya tidak lebih dari
seperangkat aturan yang kaku dan harus diikuti, sesuatu yang tidak terjawab
yang hanya hadir dalam kasus-kasus tertentu saja. Agama juga demikian,
diformalkan ke dalam sepserangkat kepercayaan tentang Tuhan danjiwa manusia.
Unsur-unsur emosi yang bermain secara normal masing-masing berperan penting di
dalam wilayah pengalaman yang sangat minim.
e.
Jiwa manusia dalam pandangan Wolff dibagi menjadi tiga, yaitu
mengetahui, menghendaki, dan merasakan. Ketiga aspek jiwa manusia ini akan
mempengaruhi pandangan Immanuel Kant tentang tiga kritiknya yang terkenal,
yaitu kritik rasio murni, kritik atas rasio praktis, dan kritik atas daya
pertimbangan.
Klasifikasi
ilmu pengetahuan menurut Cristian Wolff diskemakan sebagai berikut.
A.
Ilmu pengetahuan empiris
1.
Kosmologis empiris,
2.
Psikologi empiris.
B.
Matematika
1.
Murni (aritmatika, geometri, dan aljabar)
2.
Campuran (mekanika, dan lain-lain)
C.
Filsafat
1.
Spekulatif (metafisika):
-Umum-Ontologi,
-Khusus (Psikologi, kosmologi, teologi).
2.
Praktis
-Intelek/ logika,
-Kehendak (ekonomi, etika, politik),
-Pekerjaan fisik (teknologi).
3.
Auguste Comte
Pada dasarnya
penggolongan ilmu pengetahuan yang dikemukakan Auguste Comte sejalan dengan
sejarah ilmu pengetahuan itu sendiri, yang menunjukkan bahwa gejala dalam ilmu
pengetahuan yang paling umum akan tampil terlebih dahulu. Kemudian disusul
dengan gejala pengetahuan yang semakin lama semakin rumit atau kompleks dan
semakin konkret. Urutan dalam penggolongan ilmu pengetahuan Auguste Comte
(dalam Koento Wibisono, 1983) adalah sebagai berikut.
a.
Ilmu Pasti (Matematika)
Ilmu pasti merupakan dasar bagi semua ilmu pengetahuan, karena
sifatnya yang tetap, abstrak, dan pasti. Dengan metode yang dipergunakan,
melalui ilmu pasti, kita akan memperoleh pengetahuan tentang sesuatu yang
sebenarnya, yaitu hukum ilmu pengetahuan dalam tingkat “kesederhanaan dan
ketetapan” yang tertinggi, sebagaimana abstraksi yang dapat dilakukan akal
manusia.
b.
Ilmu Perbintangan (Astronomi)
Didasari rumus-rumus ilmu pasti, ilmu perbintangan dapat menyusun
hukum yang bersangkutan dengan gejala benda langit. Ilmu perbintangan
menerangkan bagaimana bentuk, ukuran, kedudukan, serta gerak benda langit
seperti bintang, bumi, bulan, matahari, atau planet lainnya.
c.
Ilmu Alam (Fisika)
Ilmu alam merupakan ilmu yang lebih tinggi daripada ilmu
perbintangan, pengetahuan mengenai benda-benda langit merupakan dasar bagi
pemahaman gejala dunia anorganik. Gejala-gejala dalam ilmu alam lebih kompleks,
yang tidak akan dapat dipahami, tanpa terlebih dahulu memahami hukum-hukum
astronomi. Melalui pemahaman gejala-gejala fisika dan hukum fisika, maka akan
dapat diramalkan dengan tepat semua gejala yang ditunjukkan oleh suatu benda,
yang berada pada suatu tatanan atau keadaan tertentu.
d.
Ilmu Kimia (Chemistry)
Gejala-gejala dalam ilmu kimia lebih kompleks daripada ilmu alam,
dan ilmu kimia mempunyai kaitan dengan ilmu hayat (biologi) bahkan juga dengan
sosiologi. Pendekatan yang dipergunakan dalam ilmu kimia ini tidak hanya
melalui pengamatan (obeservasi) dan percobaan (eksperimen), melainkan juga
dengan perbandingan (komparasi).
e.
Ilmu Hayat (Fisiologi atau Biologi)
Ilmu hayat (biologi) merupakan ilmu yang kompleks dan berhadapan
dengan gejala kehidupan. Gejala dalam ilmu hayat ini mengalami perubahan yang
cepat dan perkembangannya belum sampai pada tahap positif. Hal ini berbeda
dengan ilmu-ilmu sebelumnya seperti ilmu pasti, ilmu perbintangan, ilmu alam,
dan ilmu kimia yang telah berada pada tahap positif. Karena sifatnya yang
kompleks, maka cara pendekatannya membutuhkan alat yang lebih lengkap.
f.
Fisika Sosial (Sosiologi)
Fisika sosial (sosiologi) merupakan urutan tertinggi dalam
penggolongan ilmu pengetahuan. Fisika sosial sebagai ilmu berhadapan dengan
gejala yang paling kompleks, paling konkret dan khusus, yaitu gejala yang
berkaitan dengan kehiduoan umat manusia dalam berkelompok.
Secara garis besar
Auguste Comte mengklasifikasikan ilmu pengetahuan sebagai berikut.
-Ilmu Pengetahuan:
a) Logika (matematika murni)
b) Ilmu pengetahuan empiris: astronomi, fisika, kimia, biologi,
sosiologi.
-Filsafat:
a) Metafisika
b) Filsafat ilmu pengetahuan: pada umumnya, pada khususnya.
4.
Karl Raimund Popper
Popper membagi system Ilmu pengetahuan menjadi tiga dunia. Dunia 1,
2 dan 3. Dia mengatakan bahwa dunia 1 adalah kenyataan fisis dunia, yakni bisa
dijangkau oleh fisik. Sedangkan dunia 2 adalah realita psikis yang ada dalam
diri manusia dan dunia ke 3 adalah produk yang dihasilkan oleh manusia melalui
proses hipotesis, analisis, hukum dan teori, serta hasil kerjasama antara dunia
1 dan 2, termasuk kebudayaan, seni, metafisik, agama dan sebagainya. Ketika
proses itu selesai, maka akan menghasilkan sesuatu berbentuk fisik seperti
alat, karya ilmiah, buku-buku dan lain sebagainya. Dan semua itu adalah dunia 3
yang masuk ke dunia 1. Sisa-sisa dunia 3 yang ada dalam dunia 1 bisa
dikembangkan kembali oleh dunia 2.[2]
Karena dunia 3 merupakan produk ilmiah yang diciptakan manusia,
maka produk ini tidak terikat oleh apapun. Baik dunia 1 maupun dunia 2. Dunia 3
adalah objek ilmiah yang harus selalu diperhatikan dan dikembangkan oleh para
ilmuan dan filsuf.
5.
Thomas S. Kuhn
Thomas berpendapat bahwa perkembangan atau kemajuan ilmiah itu
revolusioner, bukan kumulatif. Revolusi ilmiah ini mula-mula muncul berawal
dari paradigma, yakni cara pandang terhadap dunia dan praktik ilmiah yang
konkret. Cara kerjanya digambarkan dengan 3 tahapan.[3]
a.
Menjabarkan dan mengembangkan paradigma yang membimbingnya secara
detail dan mendalam. Dalam prosesnya, para ilmuan akan menemukan berbagai
fenomena yang tidak bisa diterangkan oleh paradigma yang digunakan sebagai
arahan aktivitas ilmiahnya, ini dinamakan anomali. Anomali adalah ketidaksesuaian
antara fenomena yang terjadi dan paradigma yang digunakan (Ilmu Normal).[4]
b.
Dikarenakan anomali itu menumpuk, semakin banyak yang tidak sesuai,
kepercayaan ilmuan semakin krisis terhadap paradigma. Oleh karena itu, para
ilmuan mulai kritis terhadap paradigma yang digunakan.
c.
Kembali ke tahap awal akan tetapi dengan paradigma yang lebih luas,
yang dipandang dapat membimbing aktivitas berikutnya.
6.
Jurgen Hebermas
Pengklasifikasian khas hebermas dikaitkan dengan sifat dan jenis
ilmu, pengetahuan yang dihasilkan, akses pada realitas, dan tujuan ilmu
pengetahuan itu sendiri.[5]
Sifat Ilmu
|
Jenis Ilmu
|
Pengetahuan yang dihasilkan
|
Akses kepada Realitas
|
Tujuan
|
Empiris-Analitis
|
Ilmu alam dan social empiris
|
Informasi
|
Observasi
|
Penguasaan Teknik
|
Historis Hermeunetis
|
Humaniora
|
Interpretasi
|
Pemahaman arti via Bahasa
|
Pengembangan inter subjektif
|
Sosial-kritis
|
Ekonomi, sosiologi, politik.
|
Analisis
|
Self-Reflexion
|
Pembebasan kesadaran non-reflektif
|
B.
Hierarki Ilmu
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, hierarki berarti urutan
tingkatan atau jenjang jabatan ( kedudukan ),organisasi dengan tingkat wewenang
dari yang paling bawah sampai yang paling atas, Bio deretan tataran
biologis, seperti famili, genus, dan spesies.[6]
Suatu scientific diclipline terbagi dalam sejumlah speciallity atau
cabang ilmu. Cabang ilmu kemudian juga tumbuh cukup luas sehingga dapat dibagi
lebih terperinci menjadi beberapa ranting ilmu
yang cukup pesat pertumbuhannya sehingga bisa mempunyai perincian lebih
lanjut yang disebut tangkai ilmu,jadi, dalam ruang lingkup sesuatu jenis ilmu
yang bercorak teoritis atau praktis terdapat urutan tata jenjang. Bentuk
hirarki ilmu sebagai berikut :[7]
Jenis ilmu ( dengan ragamnya )
Tangkai ilmu
Sebagai
contoh, dapat dikemukakan ilmu yang menelaah organisme hidup :
Rumpun-
rumpunnya : molecular biology (
Biologi molekuler )
Cell biology ( Biologi sel )
Organismic
biology ( Biologi jasad
hidup )
Beberapa
cabang :
Botany ( Ilmu tumbuh-tumbuhan)
Dari Suatu
rumpun Embriology ( Ilmu janin)
( yang terbawah
) Morphology (Ilmu
bentuk jasad hidup)
Contoh
rantingnya : Ornithology (
Ilmu burung )
( dari yang
terbawah ) Ichthyology (
Ilmu ikan )
Contoh
tangkainya : Cetology ( Ilmu ikan paus )[8]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Klasifikasi ilmu berbagai macam
diklasifikasikan oleh para tokoh. Mulai oleh para filusuf muslim kemudian oleh
para filsuf Barat dan lain sebagainya. Misalnya al-Ghazali membagi dua, yaitu
ilmu aqliyyah dan syar’iyyah. Adapun ahli lain seperti The Liang
Gie yang mengklasifikasikan ilmu berdasarkan jenis dan ragamnya, Cristian Wolff
mengklasifikasikan menjadi tiga kelompok besar, Auguste Comte
mengklasifikasikan berdasarkan sejarah ilmu itu sendiri, Karl Raimund Popper
membagi menjadi tiga dunia, Thomas S. Kuhn dengan teori paradigmanya serta
Jurgen Habermas berdasarkan sifat dan jenis ilmu. Sedangkan menurut Islam yang
dikemukakan oleh Al-Ghazali membagi ilmu secara filosofis.
2. Hierarki Ilmu sebagi berikut:
Jenis ilmu ( dengan ragamnya )
Tangkai ilmu
B. Saran
Tentunya hasil dari penusunan
makalah ini tidaklah sempurna, maka dari itu kami mengizinkan pembaca untuk
memberikian kritikannya agar ke depannya bisa lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Bakhtiar, Amsal.
2012. Fillsafat Ilmu. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada.
Gie, The Liang.
1999. Pengantar Filsafat Ilmu. Yogyakarta
: Liberty.
Surajiyo. 2007.
Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.
Aplikasi
Andorid Kamus Besar Bahasa Indonesia
[1] Amsal
Bakhtiar, filsafat Ilmu, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012),
hlm. 122-125
[2] Surajiyo, Filsafat
Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia, (Jakarta: Bumi Aksara,2007), hlm. 69
[3] Ibid, hlm, 70
[4] Kamus Besar
Bahasa Indonesia
[5] Surajiyo, Filsafat
Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia, hlm. 71
[6] Kamus Besar
Bahasa Indonesia
[7] The Liang Gie,
Pengantar Filsafat Ilmu, ( Yogyakarta : Liberty, 1999), hlm 170.
[8] The Liang Gie,
Pengantar Filsafat Ilmu, hlm 171.
Komentar
Posting Komentar