![]() |
Gambar hanya pemanis xixi |
Barangkali ga ada manusia yang ga pernah rebahan di dunia ini. Kecuali yang ga punya punggung dan pantat. Ya itu karena fisik. Tapi sepertinya selama masih memiliki kedua itu, hampir dipastikan selalu pernah bahkan meskipun hanya sekali dalam seumur hidup. Aing rasa ga mungkin sih kalau cuma sekali.
Terlepas ada dan tidak, juga berapa banyak yang rebahan di dunia ini, aing hanya ingin mengatakan bahwa rebahan memang adalah kebutuhan, apalagi di tengah pandemi ini, yang beberapa bulan lalu gempar kampanye dan hegemoni kata untuk dirumahsaja, yang turut juga termaktub dalam aturan-aturan.
Rebahan di tengah pandemi bukan lagi kebutuhan lur, tapi juga menjadi sebuah kebiasaan, khususnya bagi orang-orang seperti aing yang pengangguran, lebih tepatnya mungkin menganggurkan diri, meskipun sebenarnya banyak yang mesti dilakukan. Ya, dengan alasan satu dan lain hal, rebahan menjadi pelarian.
Bagaikan dua sisi mata uang kencring (koin bahasa Sundanya) yang tak terpisahkan, di situ ada rebahan maka di situ pula ada hp tergengam di tangan. Tentunya tidak sekedar digenggam doong bos, pasti dimainin sama jari-jemari yang serakah terus menerus menyecrol layar.
Yaaa jelas, mainin hp pasti biasanya sosmedan. Beuh, sosmedan dah kaya makanan dan minuman sehari-hari yang tak tergantikan. Padahal kalau dipikir-pikir ya cuma liatin status teman, atau hiburan, atau berita yang mungkin ga penting-penting amat, bahkan mungkin ngerusak pikiran atau hasrat.
Rebahan dan sosmedan di satu sisi dibutuhkan tetapi di sisi lain membahayakan. Pertama, ketika itu sudah menjadi sebuah candu akan menghilangkan etos kerja dan semangat. Kedua, bisa mengakibatkan stress juga. Lebih-lebih kalau yang dilihat di sosmednya adalah angan-angannya yang tidak terwujud.
Aing sendiri termasuk orang yang sudah hampir mendakati candu rebahan dan sosmedan. Bagaimana tidak, mungkin hampir sebagian besar waktu aing ya itu yang dikerjakannya. Oh jelas, rebahan dan sosmedan berkepanjangan hanya buday orang-orang malas. Zona nyaman yang melalaikan.
Tapi bagaimana yaa, kan nikmat tuh rebahan dan sosmedan, sedangkan bukankah kita mencari kenikmatan di dunia ini. Kalau ada yang mudah, kenapa harus cari yang susah untuk mendapatkan kenikmatan. Ya memang sih, tapi mungkin sepertinya kenikmatan itu hanya sementara dan beban.
Di mana-mana biasanya, segala kenikmatan yang diperoleh dengan kemudahan dan keinstanan hanya bertahan sebentar. Pasti. Karena, hal itu hanya menghilangkan dahaga nafsu sekilas. Padahal nafsu lagi-lagi adalah sebuah fatamorgana, sepertinya ada dan nikmat tapi sebenarnya tidak.
Justru hanyalah siksaan yang mungkin akan datang setelahnya. Ya bukan siksaan digodok di air panas, atau ditusuk matanya, seperti gambaran neraka-neraka kaum materialis Islam. Mungkin siksaan dalam kebosanan yang panjang, atau ketidaktenangan, atau kestresan.
Ya ya ya, tidak ada larangan juga sih untuk rebahan dan sosmedan, hanya saja ya mungkin dengan dibarengi keproduktivan. Misal rebahan dan sosmedan diselingi lihat akun-akun berfaedah. Kan banyak lah yaa akun yang berfaedah. Meskipun, semuanya juga pasti memiliki faedah.
Tapii, yaa akhirnya kembali ke diri kita sih, mau seberapa lama dan bertahan di dalam rebahan dan sosmedan selama kita sadar bahwa sebenarnya hal itu tuh bukan hal yang bagus why not. Terlebih lagi selama kita masih belum sampai taraf Candu.
Bagaimanapun yang candu-candu itu arahnya selalu ke hal negatif kecuali cinta mungkin lah yaa, Bucin juga kan salah satu candu dalam cinta. Eh tapi ya itu juga ga baik lah yaa. Ah emboh sih dah kelamaan jomblo hha. Tapi yang jelas, kalau yang candu-candu itu ga baik.
Mungkin pada akhirnya, rebahan dan sosmedan adalah salah satu rehat saja lah ya dari berbagai aktivitas dan hiruk-pikuk dunia yang tipu-tipu ini. Dunia yang keras bahkan ketika kita lembut. Dunia yang lembut bahkan ketika keras. Apasi ga jelas. Ya Dunia dengan sandiwaranya pokoknya.
Hidup rebahan dan sosmedan!
Komentar
Posting Komentar