Extrovert x Introvert



Kurang lebih hampir satu tahun lamanya, pandemi ini mengguncang dunia. Orang-orang terpaksa untuk lebih banyak melakukan aktivitasnya di dalam rumah. Sebagai seseorang yang setengah-setengah, extrovert sekaligus introvert, saya dibuat untuk kembali ke arah introvert. Bagaimana tidak, selama kurang lebih 7 tahun lamanya, hampir tidak pernah saya dibuat sendiri sebegitu lama. 

Saya hidup dalam kehidupan yang pasti harus selalu berbincang dengan teman, bahkan dari mulai bangun sampai tidur kembali, tidak pernah sendiri. Ya hidup dalam kehidupan asrama. Namun, ketika mulai lepas dari asrama, dan sekaligus hadir pandemi ini, saya dipaksa untuk hidup dalam lingkaran orang-orang yang lebih kecil. Bahkan sedikit sekali aktivitas yang dikerjakan.

Awal perubahan mungkin sangat terasa berat, karena kebiasaan yang seharusnya selalu aktif dalam kegiatan ataupun perbincangan, kini harus hidup dalam dunia digital yang minim sekali perbincangan hangat. Sekalipun tertawa, itu hanyalah respon terhadap gambar yang hidup dalam genggaman, bukan berupa sosok yang langsung hadir. 

Pandemi ini banyak menghilangkan kehangatan-kehangatan dan kebersahajaan-kebersahajaan yang seharusnya didapatkan. Ruang sosial yang hadir dalam hidup begitu sempit, hanya segenggam layar hp kecil. Meskipun demikian, pikiran tentunya tidak dapat dibatasi. Namun, ini mempengaruhi terhadap psikologi dan pola hidup yang sudah terbentuk lama. 

Semoga segera berakhir!

Komentar