Mempertanyakan Pikiran dengan Berpikir


Pikiran memang menantang untuk mereka yang menggunakannya. Pikiran akan selalu memprotes ketika sudah terisi dengan berbagai macam kontruksi realitas dan ide. Semakin banyak realitas yang dialami, semakin banyak ide yang masuk maka akan semakin kritis pikiran. Sebagai sebuah sesuatu yang tak terlihat pikiran menjadi sebuah hal yang dipertanyakan keberadaannya.

Pertanyaannya kemudian, bukankah yang mempertanyakan keberadaan pikiran adalah pikiran itu sendiri? Ataukah ada sewujud aku yang ada dibalik pikiran? Pikiran menjawab bahwa pikiran berada di kepala. Tidak bisakah kaki berpikir? Bukankah kaki termasuk rangkaian pikiran? Kenapa kemudian pikiran diletakkan di kepala?

Pikiranku saat ini, ketika sedang menulis kata ini sedang memikirkan pikiran itu sendiri. Aku sendiri bingung letak pikiran di kepala. Apakah pikiran sama halnya dengan otak? Apakah kemudian jika manusia tidak memiliki otak masih bisa tetap berpikir? Pikiran itu berbentu seperti apa? Sebagai sebuah proses pengaturan diri, pikiran itu sebenarnya siapa yang membuat ia memikirkan?

Aku kini dalam kebingungan yang sedang memikirkan pikiran yang masih ambigu dan abstrak. Siapa yang bisa mengkongkritkan pikiran? Descartes berkata bahwa ia berada karena ia berpikir. Aku berpikir justru semakin mempertanyakan keberadaanku. Apakah adanya aku ini karena keberadaan pikiran atau justru keberadaanku ini adalah karena memikirkan pikiran yang sedang memerintahkan menulis.

Jika keberadaanku karena aku berpikir, lantas bagaimana dengan keberadaan pikiran itu? Karna apa pikiran kemudian menjadi ada? Banyak yang berkata bahwa keberadaan pikiran karena adanya Tuhan. Aku justru menolak bahwa keberadaan pikiran karena Tuhan, karena yang mengatakan itu adalah pikiran itu sendiri bukan? Karena ketidakmampuan ia menjangkau pikiran maka pikiran berpikir untuk justifikasi keberadaan. Jadilah konsep Tuhan? Begitu?

Sebentar, jadi aku mengatakan bahwa Tuhan itu hasil cipta pikiran? Ya. Tapi kalau kita masukan konsep agama ke pikiran, maka pikiran ada itu diberitahukan oleh sebuah pikiran yang menerima wahyu bahwa pikiran itu dari Tuhan. Atau begini, bagaimana jika pikiran itu Tuhan itu sendiri? Ah sulit memang untuk mengetahui pikiran itu sendiri, apalagi yang memberi pikiran. 

Maaf, pikiranku yang ku tuangkan dalam tulisan ini jika ada yang tidak berkenan. Bukan karena apa-apa, aku berusaha mencoba mempertanyakan pikiran dengan membuang semua konsep-konsep selain dari pikiran itu sendiri. Aku sendiri bingung dengan pikiran. Timbul pertanyaan, sebenarnya bingung itu sendiri dari pikiran atau dari mana? Ah sudah sudah. Maaf.

Komentar