- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Sebagai organisasi mahasiswa tertua di Indonesia, HMI telah banyak berkiprah terhadap kemajuan bangsa Indonesia. Sejak penggulingan orde baru, yang mana HMI turut andil besar di dalamnya, HMI tak pernah berhenti menjadi organisasi yang terus mengkader insan-insan ulil albab, yang dalam bentuk nyatanya bermunculan sebagai tokoh-tokoh nasional. Sebut saja misalnya, gubernur Jakarta saat ini Anies Baswedan, gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dan banyak tokoh lainnya.
Di HMI kita akan diajarkan bagaimana kemudian berproses menjadi intelektual akademis yang tidak apatis, menjadi intelektual yang progressif, tidak hanya melulu bercengkram di bangku perkuliahan. Kita diajarkan untuk juga terjun langsung ke masyarakat melalui kegiatan-kegiatan sosialnya. Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa seorang akademis bukan hanya berkutik pada persoalan yag bersifat teoritis semata, tetapi juga praksis, dan dalam hal ini, HMI banyak mewadahinya untuk bisa langsung terjun ke masyarakat.
Leadrship training (latihan kepemimpinan) juga menjadi salah satu proses yang akan kita dapatkan dalam ber-HMI. Contoh konkritnya, kader HMI akan selalu bergumul dalam kepanitiaan acara-acara HMI, mulai dari level komisariat (tingkat fakultas), level korkom (universitas) sampai pada level cabang bahkan nasional sekalipun. Dengan kepanitiaan ini, kader dilatih bagaimana menghadapi masalah dalam dinamika kepanitiaanya dan mengatur segala kebijakan acara. Di sisi lain, kader pun diajarkan mengurusi administrasi-administrasi berbagai hal.
Selain itu dalam HMI ada jenjang pendidikan yang mesti ditempuh oleh kader. Jenjang pendidikan yang pertama adalah latihan kader 1 (basic training). Di sini kader HMI digembleng untuk mengenal asas Islam, wacana sosial dan organisasi HMI itu sendiri. Ibarat kata, latihan kader 1 ini menjadi salah satu pintu masuk memasuki rumah HMI. Mereka dikenalkan pada dinamika yang terjadi di HMI dan kemana arah HMI menuju.
Kemudian pada jenjang pendidikan selanjutnya adalah latihan kader 2. Di latihan kader 2 ini, kader dilatih untuk bisa menganalisis sosial. Tentunya di sini kader lebih banyak harus berpikir untuk bagaimana memberikan hasil teoritis dan konseptual untuk memecahkan permasalahan yang ada di masyarakat. Selain itu, wawasan akan bertambah dengan berbagai materi di dalamnya. Selanjutnya, jik di tradisi HMI MPO ada yang namanya Senior Course. Senior Course ini adalah pelatihan untuk kader HMI yang nantinya akan dijadikan sebagai pemandu Latihan kader1. Setelah itu ada jenjang pendidikan latihan kader 3. Di latihan ini kebanyakan adalah senior-senior HMI yang sudah lulus s1 atau bahkan s2. Tentun dalam latihannya membicarakan berbagai aspek atau memperkuat nilai-nilai HMI.
Ketika aktif di HMI, kita akan dibukakan pada jaringan dalam skala yang besar. Kita akan banyak mengenal teman baru, dari berbagai universitas maupun nasional. Selain itu, akses untuk berproses lebih besar dengan banyaknya teman untuk kemudian bisa bertukar pikiran, bertukar ide, bahkan mungkin nantinya bisa untuk saling membantu dalam karir, tidak bisa kita pungkiri. Dengan banyak jaringan yang kita bangun, tentu dapat memudahkan segala urusan, saat mana di suatu saat nanti kita membutuhkan, di sisi lain sebagai salah satu anjuran agama untuk selalu bersilaturrahim.
HMI pun menjadi organisasi yang mengontrol kendali pemerintah, kebijakan pemerintah dan lain sebagainya. Kritik yang tajam akan dilontarkan oleh HMI untuk pemerintah, manakala pemerintah merugikan rakyat dalam memutuskan kebijakan. Ide-ide segar akan juga dilontarkan kepada pemerintah sebagai kontribusi nyata kepada negara. Tentunya ini melalui tahapan-tahapan dinamika yang matang di internal HMI itu sendiri. Dinamika pembahasan persoalan masyaakat dan negara menjadi kultur yang melakat dalam diri HMI.
Tidak hanya itu, HMI juga seringkali mengadvokasi-advokasi secara langsung masyarakat yang merasa tertindas oleh-oleh kebijakan-kebijakan pemerintah. Misalnya ketika ada penggusuran tanah warga, yang mana ada ketidakadilan di dalamnya, kader HMI datang dan membantu warga dengan berbagai cara. Hal ini ditujukan untuk menumbuhkan rasa sosial yang tinggi dan solidaritas serta keberpihakan kepada kaum tertindas.
Selain kegiatan dan pembangunan intelektual-sosial-formal di atas, tak jarang di HMI juga terkadang menemukan jodohnya. Sudah hal yang wajar mungkin bahwa kedekatan seakan keluarga sendiri antar sesama kader menumbuhkan benih-benih asmara. Bahkan ada guyonan kader HMI yang mengatakan bahwa “Belum sempurna HMI-nya bila belum menikah bersama sesama HMI”. Begitulah dinamika yang terjadi di dalam keluarga/organisasi HMI.
Penulis ingi mempertegas kembali bahwa di HMI karakter yang dibangun adalah untuk menjadi individu yang ulil albab yang mana kemudian ditujukan untuk membangun tataran masyarakat adil dan sejahtera yang diridhai Tuhan. Tataran masyarakat yang adil dan sejahera takkan mungkin terbangun tanpa individu yang berkualitas. Dengan demikian, internalisasi di HMI pada awalnya adalah membangun individu-individu yang intelek yang terbuka matanya pada realitas sosial. Penulis yakin, bahwa organisasi ini akan terus hidup dan berkontribusi selalu pada kehidupan masyarakat dan negara Indonesia.
Komentar
Posting Komentar