Tafsir Tarjumanul Mustafid adalah tafsir pertama yang ditulis
dengan bahasa Melayu secara lengkap 30 juz. Tafsir ini ditulis oleh seorang
ulama besar, Abd al-Rauf al-Sinkili. Nama lengkapnya adalah Abd al-Rauf bin Ali
al-Jawi al-Fansuri al-Sinkili. Ia berasal dari Nanggroe Aceh Darussalam,
seorang Melayu.[1]
Tafsir ini berkali-kali dicetak dan tersebar luas di beberapa negara seperti Singapura,
Penang, Bombay, Timur Tengah dan Jakarta. Tafsir ini diperkirakan selesai tahun
1675 M atau ketika Abd al-rauf menjabat sebagai qadhi di kerajaan Aceh.[2]
Namun, dalam penelitian Riddell seperti yang dikutip Azra dan dikutip Afriadi,
disebutkan bahwa salinan paling awal yang kini masih ada dari Tarjumanul
Mustafid berasal dari akhir abad ke-17 dan awal ke 18 M.[3]
Latar belakang penulisan kitab tafsir tersebut dikarenakan adanya
keinginan dari masyarakat rujukan ajaran agama yang berbahasa Melayu. Di
samping itu juga, masyarakat dihadapkan dengan pertarungan ideologis yaitu
adanya penafsiran-penafsiran yang berbau sufistik yang orientasinya pada ajaran
wahdatul wujud. Ajaran tersebut dibawa oleh dua ulama besar yang sangat
masyhur saat itu yaitu Hamzah al-Fansuri dan Syams al-Din al-Samatrani. Dengan
melihat kondisis tersebut, Abd al-Rauf mencoba menafsirkan Alquran untuk
membantu maysrakat dalam mempelajari ajaran Islam.[4]
Terdapat dua pendapat tentang persoalan rujukan atau sumber data
yang diambil dalam penafsirannya. Pertama yaitu pendapat Snouck yang juga dibenarkan
oleh Rinkes dan Voohoeve mengatakan bahwa Tarjumanul Mustafid merupakan
terjemahan dari tafsir al-Baidowi. Alasanya jika ditelisik, mereka
berasumsi dari judul kitabnya yang menyebutkan bahwa kitab Tarjumanul
Mustafid adalah hasil terjemahan dari kitab tafsir al-Baidawi. Kedua,
pendapat Petter Riddell dan Salman Harun, mereka berpendapatr bahwa Tarjumanul
Mustafid adalah terjemahan dari kitab Jalalain. Di sisi lain, dalam lacakan
yang dilakukan oleh Arivaie menyebutkan bahwa selain kitab yang tadi juga ada
kitab Manafi al-Quran, tafsir Khasin, dan Tafsir Tsa’labi.[5]
Dalam hal metode penafsiran yang digunakan oleh Abd al-Rauf, ia
menggunakan metode tahlily/analisis. Tidak heran kemudian juga masuk kategori
tafsir bil ra’yi. Ia menjelaskan makna ayat yang juga disertai asbabun
nuzul, munasabah, macam-macam qiraat, makna umum dan khusus ayat. [6]
Keunikan kitab ini adalah terletak pada dua aspek. Pertama, aspek
analisi bahasa. Kedua, penggunaan referensi qiraat untuk menafsirkan. Cukup
unik dan terbilang unggul karena pertama pada saat itu, ilmu qiraat tidak
begitu terkenal dan dikenali, dan sedikit yang menguasainya di kalangan para
ulama, maka bisa dikatakan ini menjadi nilai plusnya tersendiri.[7]
Dalam hal penggunaan qiraat sebagai salah satu cara menafsirkannya, Abd al-Rauf
mengikuti kerangka yang digunakan oleh at-Thabari.[8]
[1] Afriadi Putra,
“Khazanah Tafsir Melayu: Studi Kitab Tafsir Tarjuman Al-Mustafid Karya Abd
Al-Rauf Al-Sinkili” dalam Syahadah: Vol. II, No. II, Oktober 2014, h. 71
[2] Arivaie Rahman
“Tafsir Tarjumân Al-Mustafîdkarya ‘Abd Al-Rauf Al-Fanshuri: Diskursus
Biografi, Kontestasi Politis-Teologis, dan Metodologi Tafsir” Dalam Miqot : Vol. XlII No. 1 Januari-Juni 2018.,
h. 2
[3] Afriadi
Putra., h. 73
[4] Afriadi
Putra., h. 75
[5]
Arivaie Rahman., h. 11
[6] Afriadi
Putra., h. 75
[7] Afriadi
Putra., h. 70
[8]
Khairunnas Jamal1 Dan Wan Nasyaruddin Wan Abdullah” The Discussion Of Qira’at Turjuman
Al-Mustafid Exegesis Book By Sheikh Abdul Rauf Singkel” dalam
Ushuluddin: Vol. 24 No.2,
Juli-Desember 2016., h. 118
Komentar
Posting Komentar