212 dan Prasangka-Prasangka Buruk



Alhamdulillah, reuni telah selesai dilaksanakan oleh para alumni 212 yang dulu berjihad karena Allah untuk membela Islam dari penistaan agama. Luar biasa sekali, berjubel-jubel umat Islam dari seluruh penjuru Indonesia antusia untu menghadiri acara reuni tersebut. Tujuannya tidak lain menurut para pengiklan reuni adalah untuk persatuan umat Islam. Subhanallah sekali, begitu tersentuh penulis pun.

Namun, bebrapa hari atau minggu sebelum pelaksanaan reuni tersebut, ada beberapa yang berkomentar pedas bahwa itu adalah hanya sebuah agenda politik saja. Bahkan ada yang lebih pedas, bahwa itu hanya tempat berkumpul kelompok-kelompok intoleran, makar, radikal daln lainnya. Akhirnya, setelah terlaksana, tidak ada yang namanya terjadi kerusuhan, adanya tindak intoleransi dan lain sebagainya.

Tetapi, ada komentar yang kenyataan terjadi, yaitu ada sebuah agenda politik. Iya, itu imam besar umat “Islam”, katanya menyeru untuk tidak memilih partai yang mendukung penista agama dahulu. Bahkan tidak hanya itu, imam itu menyeru untuk ganti presiden. Haduh, ternyata ada juga agenda politiknya, apakah ini ukhuwah Islamiyah berkedok politik, ah jangan begitu, mungkin agenda politik hanya jadi sisipan saja, agenda yang besarnya tetap untuk ukhuwah Islamiyah.

Katanya, jumlah pesertanya pun lebih besar dari ketika dulu sedang sekolah aksi 212nya, sekarang pas reuni tambah banyak, ko bisa? Sekolah juga tidak pas dahulu, tapi bisa ikut reuni. Jangan begitu, kan reuni ini bukan sekolah formal, yang jelas kan tujuannya yang harus dilihat yaitu untuk persatuan umat Islam, alhamdulillah.

Di samping itu juga, reuni ini membawa banyak manfaat untuk para pedagang, pebisnis hotel, apartemen dan lainnya. Bagaimana tidak, kan tidak mungkin kalau yang dari kota jauh tidak menginap di sebuah tempat yang layak. Masa tidur di pinggir jalan. Nah, alhamdulillah kan jadi pada yang terisi hotel atau apartemen yang biasanya sepi. Pedagang-pedagang pun banyak untung dari kegiatan reuni ini. Alhamdulillah lagi.

Nah, jadi yang sebelumnya berprasangka yang tidak-tidak, tidak semuanya terjadi, ya cuma beberapa saja. Yang pentingkan tujuan utamanya tercapai, untuk ukhuwah Islamiyah. Kan masing-masing peserta punya cerita sendiri, bagaimana perjuangannya untuk bisa ikut reuni 212. Bahkan ada yang mengumpulkan uang untuk reuni ini. ada yang seluruh keluarga datang, dari anak bayi sampai anak dewasanya. Alhamdulillah, semoga niatnya memang benar karena untuk persatuan Islam.

Jadi, jangan nyinyir terus ke peserta reuni 212. Toh mending mengambil hikmahnya, lihat dari sudut pandang positifnya, itu lebih indah dari pada terus lihat dari sisi negatif. Terkadang kita harus mengekang prasangka-prasangka buruk terhadap sesuatu. Apa yang menurut kita buruk  belum tentu menurut orang lain, apa yang menurut kita Cuma sia-sia belum tentu menurut orang lain. Jangan paksakan persepsi kita kepada orang lain, bukankah lebih indah jika saling menghormati. Selama tujuannya benar, baik dan bermanfaat, kenapa tidak?


Komentar