Pahlawan



Dua hari yang lalu, tepat pada tanggal 10 Nopember dijadikan hari sebagai peringatan para pahlawan. Apa itu pahlawan. Penulis pernah membaca di suatu artikel yang ditulis Prof. Dr. Muhammad Chirzin bahwa pada asal katanya, pahlawan adalah seorang yang berpahala, dari kata pahala dan wan. Ini tentu sangat umum sekali, karena memang ini masih tinjauan etimologi. Lantas bagaimana secara terminologi.

Dalam KBBI, pahlawan diartikan sebagai orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran; pejuang yang gagah berani. Begitu sederhannya. Kalau meilhat pandangan umumnya, pahlawan adalah mereka yang telah berjuang ikut serta mendirikan dan menjaga bangunan NKRI ini pada awal pembentukannya. Maka umumnya, pahlawan-pahlawan itu sudah meninggal dunia.

Tentu kita tahu, misalnya Ir. Soekarno, Moh. Hatta, Hasyim Asyari, Ahmad Dahlan, Tan Malaka, Tjokro Aminoto, dan lain sebagainya, mereka semua pahlawan yang ditetapkan oleh negara. Mereka tentu begitu besar dalam memperjuangkan negara ini. Melawan para penjajah dan mengusirnya dengan berbagai cara. Itulah mungkin pahlawan yang dibenak pada umumnya masyarakat. Semoga mereka mendapatkan cinta-Nya.

Tetapi, tentu ada pula pahlawan-pahlawan yang bukan hanya itu. Pahlwan keluarga misalnya, adalah orang tua kita, bapak ibu kita, yang telah berjuang demi keberlangsungan hidup kita sampai saat ini. Mereka dengan amat sabar membesarkan, mendidik, membina kita sampai sejauh kita masing-masing pada posisi saat ini.

Orang tua kita merupakan pahlawan yang paling kongkrit dan nyata. Masing-masing kedua prang tua kita berperan begitu besar, misalnya ibu pada awal perjuangannya adalah melahirkan kita ke dunia ini, sehingga kita bisa menikmati suka-duka, susah-senang. Bapak, yang telah mengerahkan segala pikiran, hati dan tenaganya untuk mencari rejeki, demi keberlangsungan kita dan keluarga. Mereka adalah pahlawan yang amat nyata.

Di sisi lain, ada juga pahlawan-pahlawan selain itu, misalnya, pahlawan yang temporal, seperti ketika kita dalam kesulitan, ada yang bersedia membantu kita. Ketika kita merasa sedih, ada yang bersedia menghibur kita. Tetapi itu hanya bersifat sementara. Lain hal dengan kedua orang tua kita, yang sejak lama terus menerus ada dalam berbagai hal, mungkin kecuali dalam beberapa hal sesuai dengan kebutuhan masing-masing.

Akhirnya, mari bersama, paling tidak bisa memberikan penghargaan kepada mereka yang telah menjadi pahlawan ataupun yang masih dengan doa kita kepadanya, dan membahagiakan mereka sebisa mungkin. Semoga Allah memberikan kebahagiaan kepada mereka semua yang telah menjadi pahlawan bagi kita. Aamiin.

Komentar