Islam dan Semangat Pembebasan Kemiskinan



Islam hadir dalam rangkaian sejarahnya salah satu tujuannya adalah untuk membebaskan. Islam-dengan utusannya nabi Muhammad pada awalnya-tidak lain untuk membebaskan masyarakat Mekah dari para kapitalis-kapitalis yang menguasai Mekah, yang mana pusat perdagangan di jazirah Arab pada saat itu tepatnya di sekitar Ka'bah.

Pembebasan awal tersebut tidaklah terhenti pada masyarakat Mekah saja, nilai-nilai tersebut harus teraplikasikan di manapun dan kapanpun, karena bagaimanapun, nila-nilai tersebut universal. Universalitas pembebasan merupakan suatu hal yang penting untuk dijadikan pokok pergerakan bagi muslim itu sendiri.

Salah satu nilai konkrit pembebasan Islam adalah pembebasan kemiskinan. Dewasa ini, khususnya di Indonesia, kemiskinan bukan saja menjadi persoalan negara, tetapi juga tanggungjawab setiap individu manusia, dalam hal ini pun sorang muslim masuk di sana.

Pembebasan kemiskinan, paling tidak yang disinggung dalam bentuk pemberian makan, karena biasanya miskin identik dengan orang yang jarang makan, dengan alasan ekonomi, dalam al-Qur’an pun sangat ditekankan. Bagaimana kemudian al-Qur’an dengan keras mengecam bahwa orang yang tidak peduli atau tidak memberikan makan terhadap orang miskin disebut sebagai pendusta agama (al-Maun [107]: 3). 

Hal ini menjadi sangat penting untuk direnungkan kembali, betapa begitu pentingnya pembebasan kemiskinan atau paling tidak peduli dengan orang miskin. Pun demikian dalam hadis (sabda nabi Muhammad):

Dari Abu Dzar Radhiyallahu 'anhu , ia berkata: “Kekasihku (Rasulullah) Shallallahu 'alaihi wa sallam berwasiat kepadaku dengan tujuh hal: (1) supaya aku mencintai orang-orang miskin dan dekat dengan mereka, (2) beliau memerintahkan aku agar aku melihat kepada orang yang berada di bawahku dan tidak melihat kepada orang yang berada di atasku, (3) beliau memerintahkan agar aku menyambung silaturahmiku meskipun mereka berlaku kasar kepadaku, (4) aku dianjurkan agar memperbanyak ucapan lâ haulâ walâ quwwata illâ billâh (tidak ada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah), (5) aku diperintah untuk mengatakan kebenaran meskipun pahit, (6) beliau berwasiat agar aku tidak takut celaan orang yang mencela dalam berdakwah kepada Allah, dan (7) beliau melarang aku agar tidak meminta-minta sesuatu pun kepada manusia”.

Dapat terlihat, betapa nabi Muhammad begitu mengagungkan kaum miskin sampai-sampai ia menyimpannya dalam urutan ke satu di atas persoalan yang lainnya. Ini tanda bagi seorang muslim khususnya untuk bergerak bersama membersamai kaum miskin. Paling tidak dengan menunjukan kepedulian terhadap mereka dalam bentuk memberi makan.

Tantangan saat ini memang cukup berat, maka tidak heran banyak kemiskinan, kapitalisme sudah menjalur di mana-mana. Maka dengan kesadaran akan pentingnya pembebasan kemiskinan dengan hal konkrit pemberian makan, paling tidak bisa meringankan sedikit beban mereka.

Oleh karenanya, sebagai sorang muslim, manakala tidak ingin dicap sebagai pendusta agama, jangan sampai lupa pada kaum miskin, berilah mereka makan, atau berilah mereka uang, bahkan lebih bagus lagi berilah mereka pekerjaan yang bisa membebaskan dari kemiskinan. Karena bagaimana pun, kemiskinan menjadi salah satu konsen utama tujuan Islam. Membersamai kaum miskin pun salah satu yang utama yang disabdakan oleh nabi Muhammad.

Mari bergerak bersama untuk membebaskan kemiskinan dari muka bumi ini, sehingga terciptalah masyarakat yang sejahtera, dan akhirnya bisa melenyapkan sistem kapitalisme yang banyak mengekspolitasi kaum miskin salah satunya dan banyak yang lainnya. 


Komentar