Akhir-akhir
ini, berita didominasi tentang mewahnya kehidupan para narapidana di lembaga
permasyarakatan (Lapas), khususnya di lapas Sukamiskin Bandung. Dalam berbagai cuplikan
video yang beredar, terlihat berbagai fasilitas mewah di kamar seorang
narapidana. Padahal dalam bayangan saya pribadi, lapas merupakan tempat yang
kumuh dan tidak enak untuk dihuni, tapi justru setelah melihat cuplikan video
tersebut membuat saya geram.
Saya
berusaha untuk tetap santai, walau sangat geram. Satu hal yang saya tanamkan
ada diri saya jangan memakai teori generalisir terhadap sesuatu apapun. Ya,
saya tidak mengeneralisir, tidak semua kamar lapas seperti di dalam berbagai
cuplikan video yang beredar. Setelah saya membaca berbagai sumber, memang
benar, tidak semua kamar narapidana seperti di dalam video yang beredar.
Kamar-kamar
eksekutif narapidana ternyata hasil daripada sogok sana-sini terhadap pengurus
lapar itu sendiri. Biasanya, mereka yang menghuni kamar eksekutif adalah mereka
yang beruang atau mungkin mantan koruptor. Seperti baru-baru ini kemarin, dalam
tayangan Mata Najwa, salah satu koruptor proyek KTP yang berinisial SN yang
dikunjungi oleh tim Mata Najwa memiliki kamar yang eksekutif setelah ditelusuri
ulang, karena sewaktu ditemui, ia memakai kamar orang lain.
Sebelum
diproses hukum pun bermain drama, mulai dari nabrak tiang listrik dan lain
sebagainya. Sekarang setelah di penjara pun, masih main drama dengan berkedok
memiliki kamar sederhana yang nyatanya justru eksekutif. Sungguh sangat ironi
negeri ini, terkhusus mereka yang mau disuap oleh mereka yang
licik-licik.
Tidak
sedikit pula yang justru membela. Dalih pembelaan mereka adalah rasa
kemanusiaan. Memanusiakan manusia dan segala alasan yang terucap. Padahal
justru mereka sendiri yang memulai, dengan tidak berperilaku seperti manusia.
Seharusnya mereka menerima resiko tersebut. Kalau sekarang di penjara justru
tetap nyaman, dan disuguhi berbagai fasilitas, tidak akan jera. Mungkin setelah
keluar pun akan kembali beroperasi.
Bagaimana
hukum di negeri ini akan membuat jera jikalah hukumannya masih bisa dipermainka
oleh segelintir orang yang berduit. Seharusnya, tidak ada perbedaan antara
maling kampong dengan koruptor kelas kakap. Atau bahkan justru koruptor kakap
lebih berat karena telah banyak menimbulkan madharat. Tetapi, realitas berbeda,
mereka justru diberi fasilitas. Didukng oleh berbagai pihak.
Baiklah,
jika seperti ini adanya, sedikit demi sedikit rakyat akan semakin tidak percaya
terhadap pemeritahan, dan mereka nantinya justru akan menghukumi dengan cara
mereka sendiri. Terjadilah distrust di negara kita ini, dan timbulah
perpecahan. Olehkarenanya, untuk mecegah hal tersebut, tegakkanlah hukum seadil-adilnya,
jangan lancip ke bawah tumpul ke atas. Sadis terhadap kalangan bawah, manis
terhadap kalangan atas. Wallahualam
hukum seperti ini memang bukan menjadikan para terpidana jera, malah ketagihan untuk mengulangi perbuatan para pendahulunya, siapa yang tau, kedepannya, harus dikawal dengan ketat, dan harus ada solusi dari semua ini.
BalasHapusnice post