Hukum Kita: Ke Bawah Sadis, Ke Atas Manis

 
Gambar: kompasiana.com

Oleh: Haikal Fadhil Anam
Akhir-akhir ini, berita didominasi tentang mewahnya kehidupan para narapidana di lembaga permasyarakatan (Lapas), khususnya di lapas Sukamiskin Bandung. Dalam berbagai cuplikan video yang beredar, terlihat berbagai fasilitas mewah di kamar seorang narapidana. Padahal dalam bayangan saya pribadi, lapas merupakan tempat yang kumuh dan tidak enak untuk dihuni, tapi justru setelah melihat cuplikan video tersebut membuat saya geram. 

Saya berusaha untuk tetap santai, walau sangat geram. Satu hal yang saya tanamkan ada diri saya jangan memakai teori generalisir terhadap sesuatu apapun. Ya, saya tidak mengeneralisir, tidak semua kamar lapas seperti di dalam berbagai cuplikan video yang beredar. Setelah saya membaca berbagai sumber, memang benar, tidak semua kamar narapidana seperti di dalam video yang beredar. 

Kamar-kamar eksekutif narapidana ternyata hasil daripada sogok sana-sini terhadap pengurus lapar itu sendiri. Biasanya, mereka yang menghuni kamar eksekutif adalah mereka yang beruang atau mungkin mantan koruptor. Seperti baru-baru ini kemarin, dalam tayangan Mata Najwa, salah satu koruptor proyek KTP yang berinisial SN yang dikunjungi oleh tim Mata Najwa memiliki kamar yang eksekutif setelah ditelusuri ulang, karena sewaktu ditemui, ia memakai kamar orang lain. 

Sebelum diproses hukum pun bermain drama, mulai dari nabrak tiang listrik dan lain sebagainya. Sekarang setelah di penjara pun, masih main drama dengan berkedok memiliki kamar sederhana yang nyatanya justru eksekutif. Sungguh sangat ironi negeri ini, terkhusus mereka yang mau disuap oleh mereka yang licik-licik. 

Tidak sedikit pula yang justru membela. Dalih pembelaan mereka adalah rasa kemanusiaan. Memanusiakan manusia dan segala alasan yang terucap. Padahal justru mereka sendiri yang memulai, dengan tidak berperilaku seperti manusia. Seharusnya mereka menerima resiko tersebut. Kalau sekarang di penjara justru tetap nyaman, dan disuguhi berbagai fasilitas, tidak akan jera. Mungkin setelah keluar pun akan kembali beroperasi. 

Bagaimana hukum di negeri ini akan membuat jera jikalah hukumannya masih bisa dipermainka oleh segelintir orang yang berduit. Seharusnya, tidak ada perbedaan antara maling kampong dengan koruptor kelas kakap. Atau bahkan justru koruptor kakap lebih berat karena telah banyak menimbulkan madharat. Tetapi, realitas berbeda, mereka justru diberi fasilitas. Didukng oleh berbagai pihak. 

Baiklah, jika seperti ini adanya, sedikit demi sedikit rakyat akan semakin tidak percaya terhadap pemeritahan, dan mereka nantinya justru akan menghukumi dengan cara mereka sendiri. Terjadilah distrust di negara kita ini, dan timbulah perpecahan. Olehkarenanya, untuk mecegah hal tersebut, tegakkanlah hukum seadil-adilnya, jangan lancip ke bawah tumpul ke atas. Sadis terhadap kalangan bawah, manis terhadap kalangan atas. Wallahualam

Komentar

  1. hukum seperti ini memang bukan menjadikan para terpidana jera, malah ketagihan untuk mengulangi perbuatan para pendahulunya, siapa yang tau, kedepannya, harus dikawal dengan ketat, dan harus ada solusi dari semua ini.

    nice post

    BalasHapus

Posting Komentar