Filosofi dan Makna Nama al-Qausain untuk Masjid Agung Banjarsari




            Rencana pembangunan Masjid Agung Banjarsari setelah mengalami proses yang panjang akhirnya bisa terwujud pada tahun 2017 silam. Rencana pembangunan tersebut dirasa perlu karena melihat letak posisi kecamatan Banjarsari sangat strategis.

            Bagaimana tidak, kecamatan Banjarsari terletak di antara dua kabupaten dan satu kota, kabupaten Pangandaran yang baru memisahkan dari kabupaten Ciamis, Kota Banjar, dan Kabupaten Ciamis, bahkan dekat dengan perbatasan antara provinsi Jawa Barat dengan Jawa Tengah. Sebenarnya, kecamatan Banjarsari memiliki masjid agung, hanya saja kecil dan tidak cukup untuk menampung lebih banyak masa. 

            Di sisi lain, pembangunan tersebut dirasa perlu karena sebagai salah satu upaya syiar Islam kepada khalayak masyarakat. Karena melihat 99 % masyarakat kecamatan Banjasari beragama Islam. 
 
            Masjid tersebut dibangun tepat di jantung kecamatan Banjarsari, di samping taman Banjasari. Puskesmas, kantor kecamatan dan kantor pos dipindahkan untuk pembangunan masjid tersebut.


            Hal yang menarik perhatian penulis, adalah nama masjid tersebut. Setidaknya, nama menjadi penting untuk sebuah bangunan terlebih ini masjid. Kita lihat betapa pentingnya sebuah nama sebagai identitas entah itu orang, tempat, dan lain sebagainya.

            Umumnya, masjid satu dengan masjid yang lain memiliki kesamaan nama. Kasarnya, memiliki nama pasaran. Sudah terlalu biasa didengar dan sudah terlalu monoton. Walaupun tentu setiap nama masjid pasti memiliki arti, hanya saja, keunikannya kurang. 

            Ya, masjid agung besar Banjarsari yang sedang berlangsung dibangun ini akan dinamai al-Qausain. Bagaimana tidak, nama ini jelas belum ada yang menggagas sebelumnya dan belum ada masjid yang dinamai dengan nama tersebut. 

            Serta, hal yang paling hebatnya lagi, nama tersebut memiliki kedalaman, kesesuaian filosofi dan makna dengan kesejarahan kecamatan Banjasari. Hal ini disampaikan dalam pidatonya langsung oleh sang penggagas dan pemikir nama tersebut, salah satu sosok ulama Banjarsari yang adiluhung, K.H Drs. Mochmmad Cholil Haidar.

            Dijelaskan filosofi dan makna nama al-Qausain tersebut sebagaimana berikut:

“Melalui kesempatan ini kami merasa perlu untuk sedikit  menjelaskan  tentang pemikiran yang mendasari pertimbangan pemilihan nama AL-QAUSAIN itu ;

1.      Kata Al-QAUSAIN adalah kata yang dirasa U N I K   untuk nama sebuah masjid. Mungkin di seantero dunia hanya di Banjarsari Kabupaten Ciamis ada masjid dengan nama Al-QAUSAIN,  lain dari yang lain dan special.                   
                          
2.      Kata Al-QAUSAIN saling berdekatan (mutaqaaribain) dengan kata KAWASEN, lafdhon wa ma’nan; dalam pengucapan dan makna.  Penamaan Masjid ini dengan  AL-QAUSAIN diharapkan dapat menjadi MONUMEN SEJARAH KAWASEN yang konon merupakan nama sebuah kerajaan yang pernah ada di Banjarsari, dan siapa tahu satu hari nanti Kawasen ini akan reinkarnasi, lahir kembali bersamaan dengan lahirnya MASJID AGUNG AL-QAUSAIN BANJARSARI.  Lokasi ini dulunya merupakan alun-alun  Kawasen, ada lapang Kawasen, ada sasak Kawasen  sampai sekarang ada Desa Kawasen, bahkan ketika kemarin booming batu akik, muncul di Banjarsari BATU  KAWASEN. Baik sekali jika   BATU KAWASEN ini nanti bisa  dijadikan salah satu ikon Banjarsari, yang dapat ditampilkan menjadi  salah satu ornamen di lingkungan masjid ini.  Saya tantang orang Kawasen atau seniman siapapun membuat ornamen masjid dari BATU KAWASEN. Jadi  Al-Qausain di lidah adalah Kawasen

3.      Kata AL-QAUSAIN adalah kalimah Arab, artinya  dua busur panah (dua gondewa), mufradnya qausun artinya satu busur panah. Busur panah adalah alat untuk melontarkan anak panah. Dengan “kekuatan“ yang ada pada busur panah inilah  anak panah digerakan dan  meluncur ke tempat sasaran. Kata KAWASEN konon berasal dari kata kawasa atau kakawasaan artinya “kekuatan”  atau kesanggupan untuk menggerakkan.  Jadi kata QAUSAIN dan KAWASEN ada kesamaan makna   yakni  “kekuatan”. Kata al-Qausaini adalah isim tatsniyah mahal jar karena idlofah dengan lafad masjid sebagai mudlof dan al-Qausaini sebagai mudlof ilaih, maka menjadilah tarkib idlofah dua kata itu  “ MASJIDUL-QAUSAINI.”

4.      Masjid AL-QAUSAIN dalam makna majazi (metafora) bearti masjid yang memiliki dua kekuatan, yaitu kekuatan untuk menjalin hubungan baik dengan Allah SWT dalam  garis vertikal yang disebut IBADAH (hablum minallah) dan kekuatan untuk menjalin hubungan baik dengan sesama manusia dalam garis horizontal yang disebut MUAMMALAT (hablum minannas), dari muamalat yang Islami   akan melahirkan cara hidup Islami atau kebudayaan Islam. Maka masjid AL-QAUSAIN dengan dua kekuatan itu dibina untuk menjadi PUSAT PENGEMBANGAN IBADAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM. Al-Qur’an menegaskan bahwa kemuliaan itu hanya dapat diwujudkan dengan baiknya hablum minalloh dan hablum minannas. Sebagaimana firman Allah swt dalam  Al-Qur’an Surat Ali Imran ayat 112. “ Dluribat ‘alaihimudz dzillah ,ainamaa tsuqifuu , illaa bihablin minallohi wahablin minannaas “.

5.      Kata AL-QAUSAIN dalam Al-Quran hanya ada satu kata yaitu dalam  Surat An-Najm ayat 9. “Fakaana qaaba QAUSAINI au adnaa”. Sehingga jaraknya (sekitar) dua busur panah atau lebih dekat lagi”.

Kata AL-QAUSAIN dalam ayat ini digunakan untuk mengukur jarak kedekatan Nabi Muhammad saw ketika beraudensi dengan Allah swt pada peristiwa Isra-Mi’raj, yakni sekitar dua busur panah, ukuran paling dekat seorang hamba dengan Allah swt. Ini mengisyaratkan harapan bahwa MASJID AL-QAUSAIN menjadi tempat taqarrub, mendekatkan diri kepada Allah swt sedekat-dekatnya, dengan banyak melakukan ibadah didalamnya, terutama salat. Rasulullah saw bersabda: “ Sedekat dekat hamba-Ku dengan Aku adalah ketika sedang salat “. ”


                Begitulah kiranya, filosofi dan makna dari nama al-Qausain yang akan disematkan sebagai nama masjid agung besar kecamatan Banjasari. Tentu pemikiran tersebut hasil dari renungan yang mendalam dari sang penggagas dan pemikir, K.H Drs. Mochammad Cholil Haidar. Seperti halnya ketika ditanya oleh penulis, ia menjawab bahwa gagasan dan pemikirannya muncul setelah merenung, dan secara tiba-tiba entah kenapa teringat pada ayat yang telah dijelaskan di muka, Surat an-Najm ayat 9.

Komentar