Perdamaian merupakan suatu harapan semua manusia di muka bumi ini,
khususnya bagi sebagian manusia yang belum bisa merasakan kedamaian dalam
hidupnya. Membumikan perdamaian menjadi satu hal sangat urgen untuk
dikedepankan dalam konteks hidup kekinian. Sebab, realitas menunjukan bahwa
sampai saat ini kekerasan terus merebak, baik di tingkat nasional maupun
internasional.[1]
Sebagai makhluk sosial sudah sepatutnya
harus selalu merawat perdamaian.
Hal rentan yang melatarbelakangi kekerasan ialah faktor agama.
Mengatasnamakan agama, sebagian
seseorang bersikap keras bahkan melakukan kekerasan. Agama memang wilayah yang
paling sensitif dalam ranah kontelasi sosial-budaya dan politik.[2]
Acapkali, agama dijadikan alat untu memenuhi kepuasaan politik partai tertentu
atau menjadi latar belakang untuk melegitimasi aksi kekerasan. Kekerasan dalam
bentuk dan atas nama apapun tidak dibenarkan, karena merugikan.
Kekerasan yang terbaru yaitu di Rohingya, di mana umat Islam
dibantai habis-habisan oleh umat Budha di Myanmar sebuah representasi hilangnya
rasa kemanusiaan. Setuju ataupun tidak, kekerasan terjadi, salah satu faktornya
karena adanya sentimen keagamaan. Kalaulah bukan umat Islam yang bukan tinggal
di sana, tentu konfliknya tidak akan sampai sebesar itu. Di sampingitu,
peristiwa kekerasan juga terjadi di Jakarta yaitu aksi terorisme, bom di Plaza
Sarinah (2016), bom di Kampung Melayu. Aktor dari pengbom itu adalah seorang
muslim. Kemudian tidak lupa sejarah kelam bangsa Indonesia yaitu konflik yang
terjadi di Poso antar umat Islam dan Umat Kristen. Di mana keduanya sudah tidak
lagi memiliki rasa kemanusiaan, saling membunuh, mebantai satu sama lain.
Kenyataan itu merepresentasikan bahwa kekerasan telah menjadi
bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia saat ini. Kekerasan telah
menjadi gambaran utuh tentang dunia yang tidak pernah tentram dan damai, serta
tercerabut dari akar-akar agama dan nilai kemanusiaan yang fitri.[3]
Lalu timbullah sebuah pertanyaan besar bagi diri penulis, apakah dibenarkan
kekerasan dalam ajaran agama? Apakah ada ajaran tentang kekerasan dalam agama?
Oleh karenanya, penulis akan sedikit memaparkan tentang pandangan beberapa ajaran
agama terhadap kekerasan dan pesan damai dari agama untuk umat manusia.
Ahimsa: Representasi Agama Hindu anti Kekerasan
Berbicara tentang persoalan kekerasan dalam ajaran hindu ada
istilah ahimsa. Ahimsa adalah pengingkaran terhadap kekerasan (himsa).
Seseorang dapat melihat cakupan luas ahimsa dengan melihat arti-arti dari himsa
diantaranya sebagai berikut:
1.
Menyebabkan
orang lain terluka.
2.
Menyakiti
atau melukai orang lain dengan ucapan, pikiran dan gerak-gerik.
3.
Mengintimidasi,
memukuli, mengikat, merusakkan, dan menghilangkan sumber penghidupan orang
lain. [4]
Ahimsa merupakan ajaran positif tentang cinta kasih, persahabatan,
dan persamaan di antara semua makhluk
dalam alam semesta. [5]
lebih jauh lagi dapat ditemukan dalam Rgveda menyatakan bahwa “ Orang
harus melindungi orang lain dari segala sisi”.[6]
Dalam Samaveda , dikatakan bahwa “ kita tidak membunuh korban satu pun,
kita menyembah seluruhnya dengan mengulang ayat-ayat suci”.[7]
Agama Hindu pun sangat anti terhadap kekerasan, bahkan hanya dengan menyebabkan
orang lain tersakiti hatinya pun termasuk ke dalam kekerasan. Begitu luhurnya
pesan dari Agama Hindu melalui ajarannya ahimsa.
Anushanaparva dalam Mahabarata melukiskan dengan indah kebaikan dan
arti penting ahimsa dalam
banyak ayat. Dalam ayat ini, ahimsa dijunjung tinggi sebagai yang terbaik dari
semua jenis tindakan, dengan melahirkan kebajikan dan berperan sebagai sarana
yang paling memungkinan untuk tindakan pemurnian. Berikut beberapa ayat yang
menunjukan anti kekerasaan di dalam konteks Hindu:
Orang yang jiwanya benar yang menginginkan keindahan, kesucian
anggota bada, panjang umur, pemahaman, kekuatan mental dan fisik, dan anggota ingatan
harus menjauhkan diri dari tindak-tindakan kekerasan.[8]
Dapat disimpulkan, bahwa kekerasan dalam ajaran Hindu sangat
dibenci dan perlu dijauhkan dari seorang umat Hindu khususnya. Karena dengan
nampaknya kekerasan pada diri seseorang berarti dengan sedikit demi sedikit
menghilangkan keindahan pada dirinya serta kepada lingkungan sekitarnya. Dengan
jelas sekali bahwa segala kegiatan kekerasan yang mengtasnamakan agama maupun
tidak sangat tidak dibenarkan menurut ajaran Hindu.
Nirwana dan Sangha: Buddha
Agama Budha
didirikan oleh Buddha Gautama. Seseorang yang beragama Budha disebut sebagai
Budhis. Dalam The Encyclopedia of Religion dikatakan, bahwa Buddha telah
tenggelam dalam keyakinan ia telah menemukan Dharma, yaitu luasnya hukum
kehidupan yang diperolehnya dari hasil pengalaman dan pencerahan. [9]
Dharma adalah ajaran
pokok Buddha. Ajaran pokok agama Buddha dirumuskan di dalam apa yang disebut:
empat kebenaran yang mulia (4 aryasatyani). [10]
Salah satu dari empat itu adalah ajaran nirodha yaitu pemadaman. Dalam
ajaran yang lainnya, adanya ajaran nirwana. Nirwana secara harfiah
berarti pemadaman atau pendinginan. Yang dipadamkan adalah keinginan, api
nafsu, kebencian dan sebagainya. [11]
Secara jelas agama Buddha mengajarkan dalam salah satu ajarannya
bahwa api nafsu, kebencian dan juga kekerasan termasuk di dalamnya, merupakan
hal yang harus dipadamkan atau dijauhi. Sudah tidak bisa dipungkiri lagi, bahwa
kekerasan bertentangan dengan ajaran nirwana Buddha, di mana telah
disebutkan bahwa seorang Budhis harus memedam atau mendinginkan segala bentuk
nafsu, kebencian, kekerasan dan sebagainya yang dapat menghilangkan
ke-Buddhaanya.
Belas Kasih: Kristen
“Kamu sudah mendengar yang
telah dikatakan: Kasihilah sesamamu dan bencilah musuhmu. Namun aku berkata
kepadamu: kasihilah musuhmu, berkatilah mereka yang mengutukmu, perlakukanlah
dengan baik mereka yang membenci kamu an berdoalah bagi mereka yang membenci
kamu dan menganiaya kamu. Supaya kamu menjadi anak Bapamu yang di Surga. Sebab
ia menerbitkan matahari-Nya bagi yang jahat dan yang baik, dan Dia menurunkan
hujan bagi yang benar dan tidak benar “.[12] (Matius
43-46)
Secara eksplisit di dalam kitab suci umat Kristen telah dikatakan
bahwa umat manusia diperintahkan untuk mengasihi satu sama lain, sekalipun
terhadap musuhnya. Sungguh sangat indah sekali pesan agama Kristen untuk umat
manusia dalam menolak ajaran dan sikap kekerasan yang selama ini terus terjadi
di setiap penjuru bumi ini. Harus disadari oleh semua bahwa kekerasan tidak
diajarkan di agama Kristen.
Rahmatan lil ‘alamin : Islam
Sebuah ungkapan
atau pesan yang menggambarkan bahwa
Islam sebagai agama universal terdapat dalam al-Qur’an. Di mana digambarkan
bahwa agama Islam sebagai rahmat bagi alam semesta. Allah berfiman “Dan kami
tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam” [13]
(Q.S 21/al-Anbiya’:107)
Beberapa ulama
berkomentar mengenai ayat tersebut, pertama Abdullah Yusuf Ali, ia berkata
“Disini tidak ada “bangsa terpilih” atau “anak cucu Ibrahim, atau “anak cucu
Daud”; orang Hindu Arya-Varta; orang Yahudi atau Gentile, orang Arab atau Orang
‘Ajam (Persia) orang Turki atau Tajik, orang Eropa atau Asia, orang kulit putih
atau kulit berwarna; Arya, Semit, Mongol, atau Afrika; Amerika, Australia, atau
Polinesia. Semua manusia dan makhluk-makhluk lain selain manusia yang mempunyai
tanggungjawab, dasa-dasarnya berlaku secara universal”.[14]
Jadi dapat kita sederhanakan bahwa rahmat ini bagi seluruh makhluk di muka bumi
ini.
M. Quraish Shihab,
pakar Tafsir al-Qur’an Indonesia mengomentari ayat tersebut dalam tafsirnya
al-Misbah “ Rasul saw. Adalah rahmat, bukan saja kedatangan beliau membawa
ajaran, tetapi sosok dan kepribadian beliau adalah rahmat yang dianugerahkan
Allah kepada beliau. Ayat ini tidak menyatakan bahwa “Kami tidak mengutus
engkau membawa rahmat, tetapi sebagai rahmat atau agar engkau menjadi rahmat
bagi seluruh alam semesta”. [15]
Rahmat disini
berarti kasih sayang. Kasih sayang sebagai pesan untuk umat manusia bahwa
dengan diutusnya nabi akan membawa kasih sayang, yang ada pada dirinya. Disini
agama Islam memberikan pesan kepada manusia bahwasannya umat manusia harus
hidup rukun dan damai dalam kehidupannya. Dengan tersirat agama Islam menolak
aksi kekerasan.
Agama dan Pesan Damai
Kekerasan
adalah sebuah tingkah perbuatan yang sangat buruk
bahkan lebih buruk dari apapun. Kekerasan hanya mengakibatkan kerugian, baik
pihak yang melakukan kekerasan maupun yang diperlakukaannya. Segala bentuk apapun kekerasan perlu dijauhi
bersama, dan harus kita hentikan kekerasan karena agama mengajarkan kedamaian.
Penulis simpulkan dari ajaran damai dalam
agama yang telah dipaparkan bahwa tidak ada satu pun agama yang mengajarkan
kekerasan terhadap umatnya. Agama justru mengajarkan perlunya perdamaian
ditegakkan. Agama mengajarkan cinta, kasih sayang, dan persaudaraan antar
seluruh umat manusia.
Oleh
karena itu, mari kita sampaikan bersama bahwa kita mengecam segala tindak,
perilaku kekerasan atas nama dan dalam bentuk apapun. Mari kita berkomitmen
untuk menjaga perdamaian. Perdamaian yang dapat dirasakan oleh seluruh umat
manusia bahkan seluruh makhluk hidup di segala penjuru dunia ini.
Referensi
Agama RI, Kementrian. 2010.
Al-Qur’an dan Terjemahnya. Bandung: Fokus Media.
A’la, Abd. . 2002 . Melampaui Dialog Agama. Jakarta: Kompas.
Harahap, Syahirun. 2011. Teologi Kerukunan. Jakarta: Prenada Media
Group.
L. Smith-Christopher, Daniel. 2005. Lebih Tajam dari Pedang.
Yogyakarta: Kanisius.
Mansur, Sufa’at. 2011.
Agama-Agama Besar Masa Kini. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Mircea, Eliade dan Charles. 1987. The Encyclopedia of Religion. New
York: Macmillah Publishing Company.
Naim, Ngainun. 2011. Teologi Kerukunan Mencari Titik Temu dalam Keragaman. Yogyakarta:
Teras.
P. Green, Jay. 2008. Kitab
Suci Perjanjian Lama Perjanjian Baru.
Jakrta: Yayasan Lentera Bangsa.
Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir Al-Misbah ; pesan, kesan dan keserasian
al-Qur’an. Jakarta: Lentera Hati. Vol. 3.
[1] Abd A’la, Melampaui
Dialog Agama, (Jakarta: Kompas, 2002),
hlm. 168
[2] Lebih jauh
baca Ngainun Naim, Teologi Kerukunan
Mencari Titik Temu dalam Keragaman, ( Yogyakarta: Teras, 2011),
hlm. 61
[3] Opcit., hlm.
169
[4] Daniel L.
Smith-Christopher, Lebih Tajam dari Pedang, (Yogyakarta: Kanisius,
2005), hlm. 108
[5] Ibid., hlm.
109
[6] Ibid., hlm.
110
[7] Ibid., hlm.
111
[8] Ibid., hlm. 116
[9] Mircea, Eliade
dan Charles, The Encyclopedia of Religion, (New York: Macmillah
Publishing Company, 1987), hlm. 3
[10]
Empat kebenaran
yang mulia itu meliputi dukha adalah penderitaan. Samudaya adalah sebab.
Nirodha adalah pemadaman. Marga adalah jalan kelepasan. Lebih jauh baca Sufa’at
Mansur, Agama-Agama Besar Masa Kini, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2011), hlm. 80
[11] Ibid., hlm. 86
[12] Jay P.
Green, Kitab Suci Perjanjian Lama
Perjanjian Baru, (Jakrta: Yayasan Lentera Bangsa, 2008) hlm. 6
[13] Kementrian
Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: Fokus Media, 2010), hlm. 331
[14] Syahirun
Harahap, Teologi Kerukunan, (Jakarta: Prenada Media Group, 2011), hlm.
25
[15] M. Quraish
Shihab, Tafsir Al-Misbah ; pesan, kesan dan keserasian al-Qur’an,
(Jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm. 133
Vol. 3
Komentar
Posting Komentar