Aku duduk di bawah pohon, di pinggir sawah yang hijau segar, ditemani jatuhan daun yang kering, dikipasi angin sepoy. Sang kakek di kejauhan ku lihat sedang memukulkan padi ke sebilah kayu yang tersusun oleh tukang kayu. Padi itu berserakan di bawah, di atas terpal biru terhampar. Urat lehernya begitu kencang, kakek itu berusaha keras dengan sisa tenaganya di umur yang sudah tidak muda itu.
Dari samping kirinya, ular meliuk-liuk dengan cepat menuju kaki si kakek. Kakek terjatuh. Aku berlari menuju si kakek. Kakek memegangiku, tanganku ditarik-tarik olehnya. Mas.. Mas.. Mass.. kakek merintih sambil kesakitan. Matanya menyorot, dan menahan. Tubuh yang dagingnya sangat sedikit itu aku bopong. Kakek tak sadarkan diri.
Air impus turun dengan cepat. Awas dulu mas, mas tunggu di luar aja, ucap bidan cantik dengan baju putihnya. Aku mengangguk saja. Arrrrhhhh arrhhhh suara seorang, aku lihat ketika membuka pintu seorang anak kecil sedang dibawa tandu, kakiknya patah dan tangannya retak. Darah bercucuruan. Aku tak tega. Duduk, aku duduk di kursi. Keluarganya di belakangnya mengantar si anak itu. Ada yang wajahnya bingung, menangis, dan panik.
Mas .. Mas ... Mas.. plak plak plak, bangun mas, suara istriku. Walah.. aku ketiduran di bawah pohon. Ternyata aku mimpi.
Istriku membawakan makanan, kita makan berdua di sana. Aku kembali bekerja dan memantau tanaman.
Komentar
Posting Komentar