Aku entah tak tau aku entah ada apa. Masa pula tak ada yang
mengetahui. Hanya aku dan segelentir saja. aku ingin teriak sekeras mungkin
sampai Tuhan pun menutu telinga. Aku ingin marah pada alam, tapi apa itu hakku
untu marah padanya. Aku ingin memukul segala yang ada ku lihat, ahh tidak bisa,
tak ada alasan yang rasional.
Aku ini kenapa, apa aku harus selalu seperti ini, mengharap
yang tak pasti pada makhluk yang terbatas. Ah aku tahu aku ini manusia bukan
malaikat atau bahkan Tuhan. Tapi kenapa, apakah ini bentuk pendewasaan. Kenapa?
Aku ini mungkin teralu banyak mengeluh, Anjing tai, ah apa itu sih ga jelas
kata kasar yang tak seharusny ku tuliskan. Tapi aku pun tak ingin menghapusnya.
Apa aku hanya sebagai sarana untu pendewasaan seseorang. Apa aku
hanya menjadi ujian untuk orang. Atau apakah justu itu musibah bagi semua orang
di dunia ini. aku tak mengerti kenapa aku ini. Tuhan yang tau. Kehendakku tak
terlalu banyak, tapi idealisku begitu banyak. Aksi ku kurang tapi
interpretasiku banyak. Aapa aku hanya omong kosong seperti yang aku katakan
terus pada seseorang. Atau seperti apa.
Astagfirullah, bahkan kajian filsafat dan tasawuf pun aku
lakoni untuk pindah orientasi pada sebuah kebenaran yang bijak. Atau itu hanya
sekedar pelarian, sedang watakku masih saja yang dulu. Kenapa aku selalu
bingung dalam memilih dan memutuskan. Untuk apa sih aku hidup jika seperti ini.
ah aku tak banyak bersyukur memang, masih banyak di luar yang mungkin ujiannya
atau musibahnya atau bahagianya atau sedihnya lebih dariku.
Kenapa sih, ko begini., ah kau bacot terus, jalani, sabari,
syukuri. Tak usah kau banyak tanya kenapa kenapa. Gunakan paradigma
fungsionalisme bukan konflik. Apa kerangka berpikirku ku yang terlalu jauh
salah, bahkan sesat atau seperti apa. Aku ga tau. Anjaaaay. Untuk apa dan
bagaimana.
Katanya kau punya prinsip hiduplah dengan cinta dan
cita-cita, atau itu hanya sekedar bualan eksistensimu. Atau seperti apa. Hidup saja
bahkan kau tak banyak memberi karena unsur cinta adalah memberi tulus
setulusnya. Aku ini apa dan siapa. Ini tulisan sepanjang ini hanya bualan manja
dan luka atau apa. Bahasa pun kau belepotan.
Bagaimana sih seharusnya hidup, padahal aku sudah baca buku
bisa dibilang lumayan banyak, tetapi masih saja, aku selalu bimbang. Katanya hiduplah
untuk sekarang, maka akan damai, hidup dalam masa lalu kau akan depresi, hidup
dalam masa depan kau akan khawatir, Lao Tzu begitu, tapi tetap saja susah
sekali mengatur pikiranku.
Di mana sebenarnya aku ini, apakah aku ini tertukar antara
jiwa dan raga. Atau jiwa belum bisa menyesuaikan raga, atau kebalikannya. Aaaaaaaaaaaaaahhh.
Kenapa? Cinta. alasanku untuk hidup, menemukan cinta, karena ku tahu, karena
cinta aku hidup. Tanpanya serasa raga ini mati rasa. Ada terlihat hanya kering
kerontang. Ah sudah sudaaaaaaahhhhh. Aaaaaarhhgdhhskdhy.
Komentar
Posting Komentar