Satu atau Dua? Bebaas!



Satu atau dua pemirsa blogkuuh? Aah jangan bingung begitulah dikalemin aja hhe. Pasti ada yang jawab dalam hati, siapa juga yang bingung xixi. Ya, pemirsa sekalian sudah tau barang tentu, calon orang nomer 1 dan 2 di negeri ini periode selanjutnya sudah ditentukan nomor urut punggunya yang akan beberapa bulan ke depan banyak bermunculan di batang pohon, dinding, jalan, dan hatimu jugaa mungkin. Iyaa kamu, kamu yang fanatis milih salah satu dari mereka, ga papa sih kalo memang kamuh dapet jatah, eh ini udah ga dapet jatah, belanya mati-matian, setdaah.

Hmm hmm hmm, itulah awal lagu Nisa Sabyan yang viewer-nya jutaan.  Tapi hmm hmm hmm penulis, adalah hmm hmm hmm suatu keluhan terhadap situasi politik yang tegang dan saling caci maki. Hih, apalagi provokatif. Seolah dirinyalah yang paling benar. Tapi memang disadari atau tidak, kadang kita pun suka begitu, bersikap seolahlah kita yang paling benar. Nah yang begitu-begitu sikap yang harus dihindari pemirsa. Ayolah saling ingetin, saling nasihatin gitulah biar kita bisa saling intropeksi. Laah ini? malah saling hina antar simpatisan satu dan dua. Politik oh politik. Yang dapet jatah mah enak, yang ga dapet jatah malah musuhan.

Gini aja pemirsa, mau satu atau dua nanti yang akan engkau pilih, bebas, ga ada paksaan. Yang terpenting adalah, berusaha untuk mengenali lebih dalam dahulu, tentang kepribadiannya, kinerjanya, prestasinya dan hal baik-baik atas dirinya. Ketika sudah mendalami itu, dan memutuskannya sesuai dengan data yang telah dicari untuk memutuskan, maka itu bagus sekalih. Nanti kalau di akhirat bisa dipertannggungjawabkan. Kalo misalnya, nantinya pilihan kamu ga bener, ya minimal kamu punya pendapat buat debat malaikat yang nanyanya, karena sebelum milih, kamu cari data dulu, dan data yang kamu dapetin itu bagus menurutmu. Begituu.

Lah ini, mau milih, ga tau apa-apa tentang yang mau dipilih, nanti gimana coba kalo pilihannya pas jadi ternyata banyak jeleknya, terus nanti di akhirat ditanya kenapa milih dia, eh kamu diem aja ga bisa ngapa-ngapain, ga bisa jawab, planga-plogo, gimana coba? Malikat langsung cambuk kamu gimana? Kasian hhe. Makanya harus punya alasan dan argumen walaupun sedikit sesuai kemampuan kita. Minimal udah ada usaha buat pengen tahu. Kan di Quran juga banya ayat yang nyuruh kita mikir. Ya mikir apa aja, atau juga banyak ayat yang nyuruh kita merenung. Nah ini juga perlu direnungi, dipikiri, karena pilihan kita menentukan negara kita 5 tahun ke depan.

Satu atau dua? Bebas. Yang penting itu tadi penulis tegaskan, dipikirin dan direnungi dulu satu dan duanya. Baru ambil keputusan buat nentuin, di nomer mana kamu nyontreng atau noblos. Ga perlu lah diklaim-klaim paling benar, terlebih ke seseorang yang tidak sesuai dengan pendapat kita, kecuali mau didiaologkan dan dibandingkan, itu ga papa. Tapi kalo mau bener-beneran langsung, ya ga akan ketemu. Semua memiliki sisi baik dan buruknya. Paling tidak kita cai yang sedikit sekali buruknya. Karena pun akan berbeda baik dan buruknya jika dipandang dari sisi berbeda. Jadi tidak usahlah klaim paling benar dan baik atau apapun. Selowin aja ya gak? Hhe.

Berbeda kan Rahmat. Jadi jangan sampe rahmat itu  dinodai dengan memaksakan kebenaran menurut satu pihak ke pihak lain. Atau janga memaksakan kebaikan menurut satu pihak ke pihak lain. Karena ya itu tadi, perbedaan itu rahmat, dan berbeda itu nsicaya. Ga mungkin semuanya sama. Wong agama yang paling sakral aja beda-beda. Wong al-Quran aja udah bilang, bakal dijadiin berbeda suku, bahasa, dll. Lah ini urusan politik, ah ya jelas bakal banyak beda. Yang terpenting, berita-berita provokatif yang diterima jangan membuat kita jadi terbawa juga. Dikalemin aja. Satu atau Dua? Bebass laah. Sekian dulu ah bacotnya. Wallahu’alam.


Komentar