Aku adalah aku yang hidup sekarang
dengan tujuan sendiri dan segalanya sendiri yang telah terbentuk dari pada
hasil penglihatan, pendengaran dan penerimaan semu panca indera. Setiap orang
berbeda. Setiap orang ada hal yang sama. Setiap orang saling mengisi satu sama
lain. A bisa ini B bisa itu. Tapi bisa juga A bisa ini B bisa ini.
Sebenarnya aku tidak tahu menahu
akan menulis apa pada tulisan kali ini. Biarlah mengalir sendiri kemana arah
tulisan ini. Kalaupun tidak jelas, dan anda tidak suka dengan tulisan ini,
cukupkan saja pembacaannya sampai titik ini. Aku sendiri sedang sedikit pusing.
Entalah, pikiranku terlalu menekan diri untuk bisa seperti orang dalam hal
kebaikan, prestasi, tetapi diriku kurang dalam kerja kerasnya. Itu kesalahanku.
Aku mengirim abstrak untuk aku
ikutkan dalam konferensi internasional. Tetapi abstrakku tak terseleksi, ya,
aku akui, itu tanpa ada bacaan yang luas dan sumber rujukan teori atau hasil
penyimpulan yang matang, itu hanya nekatku saja dengan modal ala kadarnya, ya
akhirnya begitu, tidak terseleksi. Tetapi tidak masalah, minimal menjadi bahnan
motivasi dan renungan untuk selanjutnya.
Oh ya, malam ini adalah malam
pergantian tahun hijriah dari 1439 ke 1440. Semoga kita pun berganti ke arah yang
lebih baik, singkatnya hijrah, tetapi bukan hijrah simbolik dengan segala
embel-embelnya, tetapi hati kita tetap saja serti sedia kala. Hijrah dengan
kesungguhan hati karena Allah dan Rasul semata. Bukan karena ada tekanan
ataupun paksaan atau sebagai ajang gengsi dan kepentingan.
Setidaknya aku sudah hidup selama 19
tahun. Umur 19 tahun para ulama dulu sudah sangat bergelimang dengan karya,
baik berupa kitab ataupun selainnya, atau bahkan sudah kaya, dengan kerja keras
dagang atau yang lainnya, atau bahkn otaknya sudah penuh dengan hafalan-hafalan
quran hadist dan lainnya. Lah aku? Ya aku, paling tidak punya otak untu bisa
bedakan mana yang baik dan buruk. Alhamdulillah.
Sudah mulai tidak jelas, setiap paragraf
beda topik, dan tidak ada keterkaitannya. Varaaah. Vangkeee. Ayolah kal, mikir,
bahas apa minimal di terakhir tulisan ada yang bisa diambil ilmunya. Yang kamu
hafal saja kal, sebarkan. Atau paling tidak yang pernah nyangkut di otak, atau
yang pernah kamu kutip dari buku yang pernah dicatat, di hp.
Nah, supaya pembaca tidak sia-sia
baca tulisan ini, aku akan paparkan sedikit teori tentang model keberagamaan. Terlebih
keberagamaan sekarang-sekarang ini terlihat kaku dan tegang, maka di sini aku
tawarkan model keberagamaan yang dicetuskan oleh Riichard C. Martin, yang
disampaikan oleh Amin Abdullah dalam seminar internasional, yang aku kutip dari
buku Ekspresi keberagamaan di era milenium.
Begini, model itu adalah
Intersubjektif. Nah apa itu? Intersubjektif adalah model keberagamaan yang
banyak menekankan pada rasasaling memahami (verstehen), rasa empati dan
simpati, serta pandangan inclusive-partnership-dialogical terhadap perbedaan
kehidupan masyarakat. Jadi begitu. Hidup antara umata beragama harus dewasa,
jangan telalu tegang dan kaku. Nah Alhamdulillah, tulisan ini pun begini
akhirnya, arah pemikiran penulis tanpa konsep. Maafkan.
Komentar
Posting Komentar