![]() |
Gambar: tsarycraft.com |
Sindiran “Kyaiku Bukan Mbah Google” kemarin-kemarin
sempat viral. Hal ini ditujukan bagi mereka yang belajar keilmuan agama hanya
pada google. Tapi secara tekstual jelas salah. Google memang sudah jelas bukan
kyai. Google kan aplikasi pencarian.
Mereka yang
selalu mengatakan “Kyaiku Bukan Mbah Google” sebenarnya ingin mengatakan bahwa,
belajarlah pada kyai di pesantren atau di majelis-majelis atau di manapun. Hal ini
memang banyak kejadian ketika dalam suatu pembicaraan atau ketika diskusi,
banyak mengambil data diskusi tersebut dari google.
Tetapi permasalahannya
bukan pada letak googlenya, tetapi dari sumber yang dijadikan alasan pendapatnya.
Terlebih lagi, pendapat-pendapat yang dilontarkan biasanya sangat dangkal
sekali dan mendasarkan pada teks keagamaan luar saja. Juga di sisi lain
mengambil pendapat-pendapat yang kurang kredibiltasnya
Misalnya, dalam forum
diskusi untuk menguatkan alasannya, ia mengambilnya dari google dan merujuk
hanya pada sebuah artikel yang tidak jelas kredibilitasnya dan sumber rujukan
artikel tersebut. Terlebih sesuai yang penulis katakan di muka, hanya
mendasarkan teks keagamaan luar saja.
Kritiknya terletak
pada hal yang demikian. Kemudahan untuk mencari data melupakan data-data yang
lebih kredibel, semisal diambil dari kitab yang jelas sumbernya dan dalam
pemahamannya terhadap kitab suci. Kemudian mendasarkan pada kyai A yang ahli
dalam bidang tafsir misalnya. Maka hal yang demikian perlu digencarkan kembali.
Di sisi lain, kritiknya
adalah untuk langsung berguru pada kyai. Karena hal ini kemudian bertujuan
untuk meminimalisir pemahan yang salah ketika sebatas mengandalkan pemahamannya
sendiri yang ia baca dari teks-teks, terlebih keilmuannya belum mumpuni. Kemudian,
ketika langsung berguru akan berbeda psikologinya dengan hanya membaca dari
teks saja.
Olehkarenanya,
jika memang kita ingin mendasarkan alasan atau sesuatu apapun dari google itu
boleh-boleh saja, hanya saja, harus memilih-milih lagi data yang memang
kredibilitasnya tinggi dan pemahamannya mendalam. Ketika ingin memahami
sesuatupun, kita tidak boleh serta merta langsung memahaminya tanpa ada latar
belakang keilmuan apapun. Hal itu tentu akan mendatangkan sesuatu pemahaman
yang kurang baik.
Akhirnya, Mbah Google memang bukan Kyai,
tetapi Mbah google juga banyak diisi oleh kyai-kyai. Wallahualam..
Komentar
Posting Komentar