Gambar: https://wajibbaca.com
Mari
sejenak kita lepaskan pernak-pernik dan segala unsur kedewasaan baik dari sisi
batiniyah maupun sisi lahiriyah. Jika kamu seorang Presiden, politisi, direktur
dan apapun profesinya, lepaskanlah dulu jabatannya. Jika kamu seorang pemikir
yang memiliki pemikiran yang canggih menembus batas waktu dan zaman, hilangkan
terlebih dahulu pemikiran tersebut. Mari kita sejenak flashback mengingat kembali masa-masa kecil polos kita.
Ingat gak
ketika masa-masa Ramadan saat kita kecil saat masa Sekolah dasar atau Madrasah
Ibtidaiyah? Biasanya, pihak sekolah atau madrasah memberikan buku kegiatan
Ramadan. Tujuan pihak sekolah atau madrasah memberikan buku kegiatan Ramadan
tersebut agar kita aktif dan rajin beribadah.
Jika kita
lihat isi dalam buku tersebut, ada beberapa unsur yang harus selalu ada dalam
buku kegiatan Ramadan. Pertama, ada tabel pelaksanaan shalat berjamaah. Kedua,
tabel pelaksaan puasa. Ketiga, ada tabel pelaksanaan shalat tarawih. Keempat
tabel mengikuti kulsub (kuliah subuh). Keempat unsur itu pasti selalu ada di
setiap buku kegiatan Ramadan.
Diadakannya
tabel seperti itu bertujuan untuk mengecek keaktifan murid. Di sisi lain, tabel
itu pula sebagai tes kejujuran. Para murid secara tidak langsung akan memilih
antara jujur dan tidak. Pasalnya sangat mudah untuk tidak jujur. Jika di tabel
shalat jamaah misalnya, ada keterangan jika melaksanakan contreng kolom ya dan
jika tidak contreng kolom tidak. Para murid jika ingin tidak jujur tinggal
contreng kolom tidak.
Inget? Ayo
jujur siapa yang biasanya ga jujur ngisi tabel itu.
Momen-momen
tersebut sungguh sangat indah, ketika sekarang tubuh sudah sebesar ini yang
dulunya masih kecil mungil. Momen ketika berjuang melawan kantuk untuk
mengikuti kuliah subuh, dan khusus momen itu masih berlanjut sampai sekarang.
Momen
lainnya, ketika waktu magrib dating, biasanya ngabuburit (istilah sunda main
sore di bulan Ramadan) ke taman, atau ke warung-warung cari makan segala macam.
Seolah pokoknya ketika akan magrib itu ingin memakan dan meminum semua yang
terlihat. Tetapi baru saja menghabiskan satu gelas es cendol pun sudah sangat
kenyang.
Momen lainnya
adalah ketika orang lain shalat tarawih, kita justru malah tidur (mungkin bukan
kita ya, tapi saya). Lari ke sana kemari di dalam masjid. Main mercon di luar
masjid dan lain-lainnya. Semuanya indah ketika terkenang sekarang. Semua sejarah
yang telah dilalui tak bisa terulang dengan psikologis yang sama, hanya saja
bisa terulang sebatas luarnya saja.
Begitulah mungkin
momen Ramadan sewaktu kecil, mulai dari tugas formal sekolah sampai kelakuan
nakal wajar anak kecil. Sekarang terasa indah saat mengenang semuanya. Memang setiap
fase harus dilalui dengan tingkah fase itu, jangan fase anak-anak dipaksa untuk
bertingkah layaknya fase orang dewasa. Biarlah mengalair menjalani fase demi
fase.
Komentar
Posting Komentar