Gambar: Rimma.co
"Salahkah bila kita menghargai pikiran yang merdeka yang tidak dikejar-kejar, yang tidak diusut dan diancam, sebuah pikiran yang tak ditakut-takuti oleh cap 'berdosa' atas nama Tuhan ataupun kewaspadaan" (Goenawan Mohamad-Catatan Pinggir)
"Salahkah bila kita menghargai pikiran yang merdeka yang tidak dikejar-kejar, yang tidak diusut dan diancam, sebuah pikiran yang tak ditakut-takuti oleh cap 'berdosa' atas nama Tuhan ataupun kewaspadaan" (Goenawan Mohamad-Catatan Pinggir)
Allahuakbar-allahuakbar .. Aksi masa meneriakan kalimat takbir dengan lantang untuk mengusut kasus Ahok satu tahun silam. Sumbu dari perkataan Ahok yang mengatakan bahwa "jangan mau dibohongi oleh surat al-Maidah" mengakibatkan respon pro-kontra. Aksi masa adalah salah satu unsur yang kontra dan mengusut perkataan Ahok ke pengadilan.
Dari fenomena tersebut muncul larangan memilih pemimpin non-muslim dan mendominasi di berbagai kalangan masyarakat. Hal itu berdasarkan surat yang oleh Ahok sebutkan yaitu al-Maidah ayat 51. Pendapat tersebut berdalih bahwa dalam ayat tersebut jelas disebutkan bahwa non-muslim dilarang menjadi pemimpin. Begitulah singkatnya pendapat yang menolak kepemimpinan non-muslim.
Bahwa masalah pendapat memang akan begitu banyak perbedaan, tetapi yang menjadi permasalahan adalah ketika pendapat yang lain dianggap sesat dan salah. Ketika pendapatnya telah mendominasi di alam pikiran masyarakat dan dengan seenaknya mengatakan bahwa pandangan yang memperbolehkan memilih pemimpin non-muslim itu sesat. Semua pendapat pun seyogyanya masih merujuk pada penafsiran para ulama terdahulu.
Namun, begitulah fenomena yang terjadi kali ini, ketika ada salah satu pemikiran atau pikiran yang berlainan dengan pendapatnya, lambat laun akan diperkarakan. Bahkan pemikiran tersebut disesatkan dan disalahkan dengan mengatasnamakan Tuhan secara tidak langsung. Eskpresi dan kreasi kini justru sempit dan menyeramkan ketika sebagian kalangan selalu memperkarakan dan mengusutnya.
Kemudian, kasus yang terbaru adalah tentang pernyataan Rocky Gerung yang mengatakan bahwa "kitab suci adalah fiksi". Ekspresi dan pemikiran tersebut lantas kemudian diusut dan dipidanakan dengan dalih telah menyebarkan ujaran kebencian. Seharusnya, ketika seseorang berekspresi dan mengungkapkan pemikirannya baik itu yang berasal darinya ataupun dari kutipan orang lain, bantahlah pemikiran dan ekspresi tersebut dengan pemikiran kembali.
Adakanlah dialektika, dialog dan perdebatan secara ilmiah dengan begitu akan menumbuhkan peradaban yang tinggi. Bukan justru mempidanakan karena hanya anggapan bahwa itu salah menurutnya lalu kemudian mempidanakannya. Maka marilah bersama untuk saling menghargai bukan hanya terhadap perbuatan, tetapi juga perkataan dan pikiran. Kemerdekaan bukan hanya dalam bentuk fisik tetapi juga dan bentuk non-fisik. Merdekalah bersama dengan sebenar-benarnya merdeka.
Bahwa masalah pendapat memang akan begitu banyak perbedaan, tetapi yang menjadi permasalahan adalah ketika pendapat yang lain dianggap sesat dan salah. Ketika pendapatnya telah mendominasi di alam pikiran masyarakat dan dengan seenaknya mengatakan bahwa pandangan yang memperbolehkan memilih pemimpin non-muslim itu sesat. Semua pendapat pun seyogyanya masih merujuk pada penafsiran para ulama terdahulu.
Namun, begitulah fenomena yang terjadi kali ini, ketika ada salah satu pemikiran atau pikiran yang berlainan dengan pendapatnya, lambat laun akan diperkarakan. Bahkan pemikiran tersebut disesatkan dan disalahkan dengan mengatasnamakan Tuhan secara tidak langsung. Eskpresi dan kreasi kini justru sempit dan menyeramkan ketika sebagian kalangan selalu memperkarakan dan mengusutnya.
Kemudian, kasus yang terbaru adalah tentang pernyataan Rocky Gerung yang mengatakan bahwa "kitab suci adalah fiksi". Ekspresi dan pemikiran tersebut lantas kemudian diusut dan dipidanakan dengan dalih telah menyebarkan ujaran kebencian. Seharusnya, ketika seseorang berekspresi dan mengungkapkan pemikirannya baik itu yang berasal darinya ataupun dari kutipan orang lain, bantahlah pemikiran dan ekspresi tersebut dengan pemikiran kembali.
Adakanlah dialektika, dialog dan perdebatan secara ilmiah dengan begitu akan menumbuhkan peradaban yang tinggi. Bukan justru mempidanakan karena hanya anggapan bahwa itu salah menurutnya lalu kemudian mempidanakannya. Maka marilah bersama untuk saling menghargai bukan hanya terhadap perbuatan, tetapi juga perkataan dan pikiran. Kemerdekaan bukan hanya dalam bentuk fisik tetapi juga dan bentuk non-fisik. Merdekalah bersama dengan sebenar-benarnya merdeka.

Komentar
Posting Komentar