Kehidupan manusia tidak terlepas dari dua hal yang pasti akan dan sudah dialami oleh semua orang, yaitu, kesedihan dan kesenangan. Tidak ada satu pun di dunia ini yang hanya akan mengalami kehidupan di keadaan senang saja, tentu akan juga mengalami kehidupan di keadaan. Kesenangan dan kesedihan menjadi warna kehidupan di dunia ini. Berkatnya, kehidupan di dunia ini penuh keindahan.
Hidup di dunia ini bagaikan permainan yang melalaikan, ujar Qur’an. Permainan yang bisa membuat seseorang lupa akan tujuannya. Mungkin, bagi orang yang beragama, tujuannya adalah mendapatkan tempat yang paling mulia di sisi Tuhannya. Untuk tetap menetap dan istiqomah pada tujuannya, tentu perlu dilatih dirinya untuk selalu melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Tuhannya.
Fenomena kehidupan sekarang hari demi hari semakin bobrok. Jika ita lihat di media sosial, ketika seorang anak SD sudah tak lagi berperilaku layaknya anak SD, ketika moral sudah tak lagi diindahkan alias buruknya moral, ketika perzinaan sudah menjadi makanan sehari-hari, ketika minuman keras sudah menjadi hal ang wajar, dan lain sebagainya. Sungguh sangat memilukan.
Tak hanya itu, tindak kejahatan sangat banyak. Berdasarkan data statistic kriminal, Badan Pusat Statistik (BPS) Tahun 2015, selang waktu terjadinya kejahatan (crime clock) sebesar 00.01’36” (1 menit 36 detik) pada tahun 2014. Jenis tindak kejahatannya meliputi peemerkosaan, pembunuhan, pencurian, pencabulan, dan lainya. Ini menjadi salah satu faktor mundurnya sebuah bangsa yang sudah kehilangan budi luurnya. Mereka semua lalai akan aturan Tuhan di samping juga aturan negaranya, lalai akan adanya hari setelah di dunia ini yang semua perbuatannya akan dimintai pertanggungjawaban. Semua terlena oleh permainan dan kesenangan dunia.
Semua ini perlu ditanggulangi. Inti dari keseleruhannya adalah mereka terlampau mencintai dunia. Mereka menaruh dunia dalam hatinya, tetapi menggenggam akhirat di tangannya, hal ini terbalik. Dalam terminologi Islam disebut dengan hubbuddunya. Solusi untuk mengatasinya salah satunya adalah dzikrulmaut yaitu mengingat akan kematian. Kita perlu menekankan pada diri sendiri, perlu menanamkan dalam hatinya untuk selalu ingat akan kematian.
Bagaimana kematian itu datang dengan tiba-tiba dan tidak diketahui. Bagaimana kematian itu tidak mengenal waktu dan tempat. Ketika memang sudah waktunya mati, maka matilah. Kematian tentu akan dan pasti dirasakan oleh setiap yang berjiwa di dunia ini (al-Anbiya [21]: 35).
Mengingat kematian merupakan senjata yang ampuh untuk melumpuhkan sifat cinta akan dunia. Kematian adalah pengingat yang sangat baik. Di mana kita dituntut untuk selalu menyadari, betapapun tingginya jabatan kita, betapapun banyaknya harta kita, betapapun popularitas kita, pada akhirnya kita hanya akan bertempat di dalam tanah, sendirian, hanya amal kita yang menemani. Kita akan ditinggal oleh sanak saudara, kerabat, sahabat, teman, kekasih dan lainnya.
Rasulallah SAW bersabda, “Manusia yang paling cerdas adalah yang paling banyak mengingat kematian dan paling banyak mempersiapkannya untuk menghadapi kematian. Mereka itulah yang benar-benar cerdas, dan mereka akan pergi ke alam baqa dengan membawa kemuliaan dunia serta akhirat” (H.R Tirmidzi). Betapa agungnya Rasulallah telah menyinggung dengan menyebut bahwa orang yang ingat akan kematian itu adalah orang yang cerdas dan ia akan mebawa kemuliaan.
Dalam hal ingat akan kematian juga, kita telah diingatkan melalui lagu Melayu yang berjudul Selimut Putih. Lagu ini berusaha mengingatkan melalui gambaran bila kematian telah datang. Redaksi liriknya sebagai berikut:
Bila Izroil datang memanggil
Jasad terbujur di pembaringan
Seluruh tubuh akan menggigil
Sekujur badan kan kedinginan
Tiada lagi gunanya harta
Kawan karib sanak saudara
Jikalau ada amal di dunia
Itulah hanya pembela kita
Janganlah mau disanjung-sanjung
Engkau digelar manusia agung
Sedarlah diri tahu diuntung
Sebelum masa keranda diusung
Datang masanya insaflah diri
Selimut putih pembalut badan
Tinggal semua yang dikasihi
Berjuanglah hidup sepanjang zaman
Jika ingin lebih meresapi silahkan langsung saja untuk memutar lagu tersebut. sungguh memang betapa pentingnya kita untuk selalu mengingat akan kematian. Sebagai terapi menghilangkan penyakit hubbuddunya yang telah lama merasuki jiwa kita. Penulis rasa segala tindak kejahatan dan kerusakan moral ketika telah disadarkan untuk mengingat kematian, semua hal itu akan hilang.
Akhirnya, pemaparan panjang penulis ini mengenai kematian tidak lain untuk saling mengingatkan diri penulis dan juga pembaca semua. Semua keputusan untuk menyadarkan dan menanamkan ingatan akan kematian kembali kepada pada diri masing-masing. Semoga kita semua selalu ingat akan kematian sehingga kita mendapatkan kemuliaan di dunia dan di akhirat. Amiin.
Yogyakarta, 25 Desember 2017
Komentar
Posting Komentar