Makna Kata Istigfar dalam Alquran
Istigfar asal berasal dari tasrifan, istagfara-yastagfiru-istigfaran yang berarti memohon ampunan. Dalam hal ini istigfar adalah tindakan seseorang yang memohonkan ampunan kepada Allah swt. Sudah barang tentu menjadi keniscayaan bersama khsususnya di kalangan umat Islam dalam melakukan permohonan ampunan atas segala dosa yang telah diperbuat.
Dalam Alquran, kata istigfar hanya muncul satu kali dalam Alquran dalam Q.S At-Taubah: 114.
Istigfar dalam Alquran paling tidak memiliki 3 makna sebagai berikut:
1. Istigfar bermakna permohonan ampunan dosa dan syirik, sebagaimana disebutkan dalam Q.S Hud: 90 dan Nuh: 10
وَاسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ ۚ إِنَّ رَبِّي رَحِيمٌ وَدُودٌ
Artinya: Dan mohonlah ampun kepada Tuhanmu kemudian bertaubatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku Maha Penyayang lagi Maha Pengasih.
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا
Artinya: Maka aku katakan kepada mereka: 'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun.
2. Istigfar yang bermakna solat, sebagaimana disebutkan dalam Q.S Al-Imran: 17, Adz-Dzariyat: 18, Al-Anfal: 33
الصَّابِرِينَ وَالصَّادِقِينَ وَالْقَانِتِينَ وَالْمُنْفِقِينَ وَالْمُسْتَغْفِرِينَ بِالْأَسْحَارِ
Artinya: (yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon ampun di waktu sahur.
وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
Artinya: Dan selalu memohonkan ampunan diwaktu pagi sebelum fajar.
وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنْتَ فِيهِمْ ۚ وَمَا كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
Artinya: Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun
3. Istigfar yang bermakna permohonan ampunan atas yang dilihatnya, sebagaimana disebutkan dalamcQ.S Yusuf: 29
يُوسُفُ أَعْرِضْ عَنْ هَٰذَا ۚ وَاسْتَغْفِرِي لِذَنْبِكِ ۖ إِنَّكِ كُنْتِ مِنَ الْخَاطِئِينَ
Artinya: (Hai) Yusuf: "Berpalinglah dari ini, dan (kamu hai isteriku) mohon ampunlah atas dosamu itu, karena kamu sesungguhnya termasuk orang-orang yang berbuat salah".[7]
Derivasi Kata Istigfar dalam Alquran
Adapun derivasi dari kata istigfar dalam Alquran sebagai berikut:
No | Derivasi | Jumlah Pengulangan | Letak Ayat |
1 | غَفَرَ | 3 | Q.S Al-Qasas: 16; Yasin: 27; As-Syuaro: 43 |
2 | يَغْفِرُ | 33 | Q.S Al-Baqarah: 284; Al-Imran: 31, 129, 135; An-Nisa: 38, 48, 116, 116, 137, 168; Al-Maidah 18, 40; Al-Araf: 149; Al-Anfal: 29, 70; At-Taubah: 80; Yusuf: 92; Ibrahim: 10; Taha: 73; An-Nur: 22; Asy-Suaro: 51, 82; al-Ahzab: 71; Az-Zumar: 53; Al-Ahqof: 31; Muhammad: 34: Al-fath: 2, 14; Al-Hadid: 28; As-Shaf: 12; Al-Munafiqun: 6; At-Tagabun: 17; Nuh: 4 |
3 | اسْتَغْفَرَ | 1 | Q.S An-Nisa: 64 |
4 | اسْتِغْفَارُ | 1 | Q.S At-Taubah: 114 |
5 | اسْتَغْفِرُ |
| Q.S Al-Baqarah: 199; Hud: 3, 52, 90; Nuh: 10; Al-Muzammil: 20; Fusilat: 6[8] |
Referensi
Asy’arie, Musa. 1992. Manusia Pembentuk Kebudayaan dalam Alquran. Yogyakarta: Lembaga Studi Filsafat Islam.
al-Qari’, Harun bin Musa. 1988. Al-Wujuh Wa al-Ndzair fi al-Qur’an al-Adzim. Wizarah al-Tsaqafah Wa al-I’lam.
Bâqi, Muhammad Fuad ‘Abdul. 1987. Mu‘jâm al-Mufahras li al-Fâdz al-Qur‘ân al-Karîm. Bairût: Dârul Fikri.
Gaffar, Abdul. 2016 . “Manusia dalam Perspektif Alquran” dalam Tafsere Volume 4 Nomor 2 Tahun 2016
Mandzur, Ibnu. 2009. Lisan al-Arabi .Libanon: Dar al-Kutub al-Ilmiyah.
Munawwir, Ahmad Warson. 1997. Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap. Surabaya: Pustaka Progressif.
[1] Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, (Surabaya:
Pustaka Progressif, 1997), cet. 14, hlm. 43.
[2] Ibnu Mandzur, Lisan al-Arabi, (Libanon: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 2009), hlm. 12
[3] Abdul Gaffar, “Manusia dalam Perspektif Alquran” dalam Tafsere Volume 4 Nomor 2 Tahun 2016, hlm. 236
[4] Muhammad Fuad ‘Abdul Bâqi, Mu‘jâm al-Mufahras li al-Fâdz al-Qur‘ân al-Karîm, (Bairût:
Dârul Fikri, 1987), 93-94
[5] Musa Asy’arie, Manusia Pembentuk Kebudayaan dalam Alquran, (Yogyakarta: Lembaga Studi Filsafat Islam, 1992), hlm. 23-25
[6] Muhammad Fuad ‘Abdul Bâqi, Mu‘jâm al-Mufahras li al-Fâdz al-Qur‘ân al-Karîm., hlm. 93-94
[7] Harun bin Musa al-Qari’. Al-Wujuh Wa al-Ndzair fi al-Qur’an al-Adzim (Wizarah al-Tsaqafah Wa al-I’lam, 1988), hlm. 119
[8] Muhammad Fuad ‘Abdul Bâqi, Mu‘jâm al-Mufahras li al-Fâdz al-Qur‘ân al-Karîm., hlm. 499-500
Komentar
Posting Komentar